TEMPO.CO, Jakarta - Dyah Apri Twindiarti, 41 tahun, aktif mendonorkan darahnya di kantor Palang Merah Indonesia di Jalan Kramat, Jakarta Pusat, sejak 2009. “Saya rutin mendonorkan darah setelah ibu saya meninggal karena tumor otak,” kata pemilik darah bergolongan AB tersebut ketika dihubungi Tempo, Kamis, 20/4.
Ia menuturkan ibunya, yang bergolongan darah A, sulit mendapatkan donor ketika harus menjalani operasi. Ayahnya bergolongan darah AB, sama dengan dirinya. Sedangkan dua saudara kandungnya bergolongan darah B.
Sejak saat itu Dyah berpikir, bagaimana nasibnya jika mengalami kesulitan yang sama. Apalagi golongan darah AB termasuk langka. Setelah beberapa kali mendonorkan darah, ia pun bergabung dengan Komunitas Golongan Darah AB DKI Jakarta.
“Bukan mengharapkan sesuatu. Namanya musibah bisa datang kapan saja. Kalau terjadi sesuatu dengan saya, teman-teman di komunitas bisa membantu,” kata perempuan yang sudah sembilan kali mendonorkan darahnya ini.
Ketua Komunitas Golongan Darah AB DKI Jakarta, Joko Kundaryo, 53 tahun, mengatakan wadah ini dibangun untuk berbagi. Ditemui di kantornya di kawasan Tanah Abang, Joko mengatakan komunitas tersebut didirikan tujuh tahun silam oleh Ariman, yang sekarang berdomisili di Yogyakarta.
Ide pembentukan komunitas ini muncul setelah Ariman menyaksikan stok darah AB sering kali kosong ketika seseorang masuk ke rumah sakit. “Sekarang kami jadi donor siaga. Kapan pun dibutuhkan, kami datang,” kata Joko.
Selanjutnya: Mendonor dengan ikhlas