Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kedelai Dianggap Meningkatkan Testosteron, Ilmuwan Berikan Fakta

image-gnews
Ilustrasi kedelai. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi kedelai. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti berasumsi bahwa kedelai mampu memengaruhi jumlah testosteron. “Protein kedelai mengandung jumlah phytoestrogen isoflavonoids – senyawa mirip esterogen yang berasal dari tumbuhan terutama produk polong-polongan (kedelai) signifikan yang dapat menggantikan hormon estrogen.” jelas Jason Kovac, dokter ahli urologi dan kesuburan pria dari Indiana, Amerika Serikat.

Seiring dengan bertambahnya usia, kadar estrogen di dalam tubuh ikut menurun. Estrogen sendiri diperlukan untuk metabolisme kalsium yang dapat memelihara fungsi otak sekaligus menjaga tulang agar tidak mudah mengalami osteoporosis.

Kovac menggaris bawahi bahwa data analisis yang dia publikasikan pada  2010 lalu dalam Fertility and Sterility, didasarkan pada 32 ulasan yang masuk mengenai 15 pengobatan placebo-controlled (terapis medis membandingkan hasil penggunaan plasebo dengan vaksin atau obat normal).

Hasilnya menunjukkan bahwa isoflavonoids yang terkandung dalam kedelai tidak mempengaruhi jumlah testosteron laki-laki pada usia berapapun.

Kedelai merupakan sumber protein yang mengandung asam amino tinggi. Di dunia olahraga, protein kedelai dapat dengan mudah ditemukan, mulai dari smoothies – minuman berbahan dasar buah, sayur, susu, gula dan es batu yang memiliki tekstur lebih pekat dari jus, hingga biskuit.

Kovac kemudian bertanya langsung pada pasien yang memiliki tingkat testosterone di atas normal mengenai seberapa banyak kedelai yang mereka konsumsi. Estradiol – salah satu dari tiga hormon estrogen alami diproduksi dalam tubuh perempuan maupun laki-laki, dikonversikan dari testosteron dan lemak di dalam tubuh. Ada penjelasan mengenai tingginya tingkat estradiol seorang laki-laki yang memiliki tubuh gemuk.

"Seseorang yang memiliki kadar estrogen tinggi dan mengonsumsi kedelai dalam jumlah banyak seharusnya dapat menurukan tingkat estrogen itu sendiri, bukan meningkatkan. Kalaupun ada peningkatan, pasti tidak banyak” jelas Kovac.

Dalam penelitiannya, Kovac menentukan sebanyak 71 gram protein kedelai dan 20 hingga 900 miligram isoflavones yang harus dikonsumsi setiap hari selama 10 minggu oleh pasiennya, yang ternyata jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang Jepang mengonsumsi kedelai. Orang Jepang dewasa mengonsumsi 6 hingga 11 gram protein kedelai dan 25 hingga 50 miligram isoflavones dalam sehari.

Penelitian yang dilakukan oleh Kovac pun menggunakan tipe kedelai spesifik, seperti susu kedelai, tahu, bubur jagung kedelai, suplemen mengandung isoflavones dan kedelai yang diproses secara tradisional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak semua protein yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari kedelai. Namun, bagi Anda yang saat ini tengah menjalankan diet ketat dan ingin menjaga nutrisi agar tetap seimbang dapat mencoba menu protein kedelai baru berikut untuk membuktikan apakah kedelai benar memengaruhi jumlah testosteron Anda.

24 gram protein kedelai
1 gelas susu kedelai
3 ons tempe

26 gram protein kedelai
1 gelas yogurt kedelai
¼ tahu
½ gelas edamame – kacang kedelai

58 gram protein kedelai
1 sendok bubuk protein kedelai
1 bungkus biskuit kedelai

“Para lelaki tidak seharusnya merasa cemas dengan memasukkan kedelai dalam menu dietnya. Pilih kacang-kacangan lain yang juga mengandung kedelai, seperti lentils dan quinoa.” jelas Kovac.

“Tidak ada data yang menunjukkan jika kedelai berpengaruh pada pertumbuhan otot seseorang.” ujar Marie Spano, MS, RD, seorang pakar diet dari Atlanta Falcons.

Dengan kata lain, jika jumlah testosteron Anda rendah, mungkin yang salah bukan pola dan menu diet, termasuk diet protein kedelai yang Anda lakukan. Kunjungi urolog Anda untuk membahas isu tersebut sekaligus mengecek jumlah testosteron dalam tubuh Anda.

MEN’S JOURNAL | ESKANISA RAMADIANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

18 hari lalu

Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Ayodhia G.L Kalake menyerahkan cenderamata kepada Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy di acara Program Edukasi & Intervensi Stunting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan, di Kupang, NTT, Kamis, 7 Maret 2024/Istimewa
Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

Stunting masih menjadi masalah bersama. Perlu kolaborasi antar pihak untuk menyelesaikan stunting yang masih jadi perhatian.


Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

21 hari lalu

Deteksi Endometriosis Melalui Darah
Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

Penelitian di Eropa menunjukkan naiknya kasus endometriosis banyak terjadi di kota karena pengaruh polusi udara yang tinggi.


7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

21 Januari 2024

Ilustrasi nikah muda. shutterstock.com
7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

Konselor pernikahan memaparkan tujuh sumber konflik dalam rumah tangga. Apa saja dan bagaimana mengatasinya?


Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

20 Juni 2023

Aktivitas Tenggara Youth Community yang dalam menyampaikan materi edukasi kesehatan reproduksi. Dok. Istimewa
Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

Pendidikan kesehatan reproduksi tak hanya diberikan di sekolah. Orang tua juga perlu memberikan edukasi tentang hal tersebut kepada anak.


Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

1 Mei 2023

Suasana pemberian materi kelas kampanye dengan alat peraga berupa boneka di acara National Youth Camp Sexual and Reproductive Health and Rights (SRHR) pada 16-18 Juli 2019 Embung Kaliaji, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

Remaja putri perlu menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah.


Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

15 April 2023

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

Orang tua harus bisa menjadi sumber pengetahuan utama bagi anak perempuan tentang masalah kesehatan reproduksi, terutama jika sudah menstruasi.


Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

9 Januari 2023

Ilustrasi pelecehan seksual pada anak perempuan. Shutterstock
Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

Pemerhati anak mengatakan pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari kejahatan seksual. Bagaimana caranya?


CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

3 Desember 2022

Thumbnail grafis Pasal Kontroversi RKUHP
CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

CISDI menyampaikan kritik atas dua pasal kesehatan di Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).


Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

25 Agustus 2022

Ilustrasi test pack kehamilan. Freepik.com
Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

Kesehatan umum dan reproduksi juga berperan dalam menentukan apakah kehamilan bisa terjadi dengan cepat atau tidak.


Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

28 Juni 2022

Ilustrasi pesta pernikahan. Pexel/Kha Ruxury
Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

Persiapan untuk berkeluarga perlu dimulai sejak memasuki usia remaja. Salah satu tujuannya menjaga kesehatan reproduksi kelak.