TEMPO.CO, Denpasar- Ester Wantati, 50 tahun, mengernyitkan dahi ketika jarum dari mesin tato menembus kulitnya. Motif bunga mawar dia pilih untuk tato kedua di tangan kirinya. Ester sengaja datang dari Jakarta untuk menikmati seni rajah tubuh di acara Bali Tattoo Expo yang berlangsung pada 12-14 Mei 2017.
"Saya tahu dari medsos Instagram. Saya ke acara ini karena banyak motif dan ada diskon, juga banyak berkumpul orang yang pintar tato," katanya di Gedung Bali Creative Industry Center, Denpasar, Minggu, 14 Mei 2017.
Baca: Bali Tattoo Expo 2017, Teknik Tato Tradisional Jadi Favorit
Ester baru 8 bulan tertarik menato tubuhnya. September 2016 kali pertama ia membuat tato di pergelangan tangan kirinya. Ukuran tato itu kecil membentuk garis melingkar dengan motif salib.
"Saya suka motif tato yang memang simbol religius sebagai identitas diri," ujarnya.
Seniman dan pencinta tato di Bali Tattoo Expo. Foto: Bram Setiawan.
Adapun motif bunga mawar dia pilih karena nilai estetika yang juga mengandung unsur religius. "Mawar sebagai simbol Bunda Maria, makanya saya pilih motif ini, bukan bunga yang lain," tuturnya. Ester menambahkan dirinya suka dengan tato jenis black and grey.
Ester pun berencana ingin terus menambah tato di tubuhnya. "Semua di badan sebelah kiri, kalau kanan biarkan kosong," katanya. Di Bali Tattoo Expo, Ester menato dirinya dengan seniman tato asal Filipina, Ricson Bueta dari studio Workaholinkz Tattoo.
Simak:Menjajal Teknik Tato Hand Poking di Bali Tattoo Expo 2017
Penyelenggara Bali Tattoo Expo Bagus Ferry mengatakan antusiasme pengunjung lebih besar dari tahun lalu. "Dari luar negeri turis liburan juga banyak, sebelum acara mereka sudah menanyakan melalui media sosial," ujarnya.
Menurut dia, di Bali industri tato terus meningkat. "Dari segi harga juga oke. Desain studio semua rata-rata sudah higienis," katanya.
BRAM SETIAWAN