TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan banyak orang untuk mengganti minuman bersoda dengan diet soda nampaknya kurang tepat. Pasalnya, diet soda atau minuman yang digadang-gadang dapat menghemat asupan sebanyak 140 kalori dibanding dengan minuman ringan (bersoda) lainnya, ternyata mengandung banyak pemanis buatan. Mulai dari aspartame, sakarin hingga sucralose.
Baca: Hindari Diet Soda, Ini Alasannya
Pemanis buatan dalam diet soda memiliki rasa lebih tajam dibanding gula asli. Mengonsumsi diet soda secara rutin mampu menumpulkan indra perasa sehingga tidak lagi dapat merasakan manis alami, seperti manis buah.
Menurut penulis The Sugar Detox, Dr Brooke Alpert, gula palsu (pemanis buatan) memiliki bahaya yang sama dengan gula asli.
“Pemanis buatan mampu merangsang insulin sehingga meningkatkan tumpukan lemak dalam tubuh. Lemak yang tertimbun mengakibatkan penambahan berat badan.” kata Dr Alpert. Hal tersebut juga dibenarkan oleh para peneliti dari Universitas Birzeit, Palestina.
Seperi yang dilansir dalam express.co.uk, 22 Mei 2017, satu kaleng diet soda mengandung cukup banyak karbondioksida. Karbondioksida yang memang sengaja dicampur ke dalam minuman bersoda tersebut memacu hormon lapar bernama ghrelin dalam tubuh.
Saat seseorang merasa haus dan memutuskan untuk minum satu kaleng diet soda, bukan dahaga yang hilang melainkan rasa lapar yang timbul. Diet soda atau minuman bersoda lain tidak menghilangkan dahaga, justru menstimulasi ghrelin dalam tubuh seseorang sehingga orang tersebut memiliki keinginan untuk terus mengunyah.
Para peneliti juga berhasil menemukan fakta bahwa seseorang yang rutin meminum diet soda selama setahun penuh menunjukkan gejala obesitas dan mengalami pembengkakan pada beberapa organ vital. Gejala yang sama juga ditunjukkan oleh orang-orang yang gemar mengonsumsi minuman berkarbonasi dan sparkling water – air yang memiliki kandungan karbondioksida tinggi.
THE INDIAN EXPRESS | ESKANISA RAMADIANI