TEMPO.CO, Jakarta - Flakka adalah jenis narkoba baru, yang membuat penggunanya berkelakuan seperti hilang akal, hiperaktif, hingga melakukan hal-hal yang tak biasa. Masyarakat saat ini tengah dihebohkan oleh video yang menayangkan seseorang yang berkelakuan seperti hilang akal atau layaknya zombie. Beberapa video yang viral di media sosial itu juga menuliskan "narkoba 'Flakka' membuat penggunanya seperti zombie".
Kepala Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Lido, Jawa Barat, dokter Yoland, mengatakan tren flakka telah berjangkit di Amerika Serikat dan Eropa beberapa tahun lalu. "Flakka itu salah satu zat baru yang mirip-mirip cocain (kokain), tapi dimodifikasi sedemikian rupa oleh bandar, sehingga dikabarkan harganya cukup murah," kata Yoland kepada Tempo, Rabu, 31 Mei 2017.
Menurut Yoland, flakka sangat merusak otak, karena hormon dopamin yang dikeluarkan terlalu berlebihan. "Sehingga menjadikan pengguna flakka seperti orang yang menakutkan," ujarnya.
Untuk itu, mempertimbangkan bahaya yang ditimbulkan, BNN dan Kementerian Kesehatan telah mengkajinya tahun lalu. "Saat ini flakka telah diatur dengan Permenkes nomor 2 tahun 2017 dengan nama kimia alfa PVP," ujar Yoland.
Sebelum dikenal sebagai ancaman baru di beberapa negara termasuk Indonesia , narkoba jenis Flakka sempat meneror negara bagian Florida, Amerika Serikat. Pada Agustus 2016 lalu, seorang mahasiswa Florida State University bernama Austin Harrouff berusia 19 tahun membunuh sepasang suami istri di Florida.
Tidak hanya membunuh, Harrouff bahkan menggerogoti wajah korbannya. Bahkan saat pihak kepolisian setempat mencoba meringkusnya, Harrouff berontak seperti binatang buas. Pihak kepolisian percaya bahwa Harrouff sempat mengonsumsi narkoba bernama Flakka sebelum menyerang kedua pasangan suami istri tersebut.
Flakka merupakan narkoba yang menyebabkan paranoid dan psikotik. Efek samping dari penggunaan Flakka dalam jumlah besar seperti gangguan jiwa sehingga seseorang tidak mampu membedakan mana yang nyata dan tidak (halusinasi). Flakka juga dikenal dengan nama gravel. Bentuknya sendiri serupa dengan garam mandi. Flakka sendiri bukan nama baru. 2012 lalu, narkoba yang berasal dari Cina tersebut masuk ke Amerika Serikat dan baru populer di pertengahan 2013.
Flakka yang nama lain Pyrrolidinopentiophenone merupakan senyawa kimia yang ditemukan tahun 1960 silam. Bentuk Flakka seperti kristal dan biasanya berwarna putih atau merah muda. Menurut lembaga obat-obatan terlarang di Amerika, Flakka dapat digunakan dengan cara dihirup langsung, dimakan, disuntikkan ke dalam darah hingga dinikmati menggunakan alat vaping (rokok elektronik). Bentuknya yang hampir sama dengan garam mandi mampu mengecoh banyak remaja. Biasanya bungkus Flakka akan diberi label “bukan untuk dikonsumsi manusia” atau “pupuk tanaman”.
Flakka menstimulasi tubuh layaknya kokain dan methamphetamine. Karena murah, Flakka sangat populer di kalangan remaja dan mahasiswa. Flakka bahkan 10 kali lebih kuat dibandingkan dengan kokain. “Flakka dapat bertahan selama 7 hari berturut-turut, jauh lebih parah ketimbang kokain.” jelas Dr. Indra Cidambi, seorang pakar kesahatan di Florida.
Lantas, mengapa Flakka menjadi ancaman? Flakka dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 104 derajat Celsius. Suhu tubuh yang meningkat drastis tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal bahkan kematian. Narkoba sintetik tersebut juga dapat meningkatkan tekanan darah sehingga risiko serangan jantung, stroke hingga gagal jantung lebih besar.
Seseorang yang mengonsumsi Flakka untuk pertama kalinya akan merasa lebih fokus dan bergairah. Lama kelamaan, muncul halusinasi dan paranoid. Saat bersamaan, orang tersebut merasa sangat hyperactive. Jantung berdetak lebih cepat, panik bahkan tak jarang menyebabkan seseorang depresi hingga akhirnya memutuskan melakukan tindakan tidak manusiawi seperti bunuh diri atau menyakiti orang lain.
Di luar negeri, Flakka hanya dibanderol seharga $3 hingga $5 saja. Sementara kokain dibanderol dengan harga jauh lebih mahal, $62 hingga $80. Tidak mengherankan jika remaja, anak sekolah, mahasiswa hingga orang-orang dengan pendapatan rendah lebih memilih Flakka dibanding narkoba jenis lain.
Sejak 2014 lalu, badan narkoba Amerika Serikat menetapkan Flakka sebagai satu dari narkoba sintetik yang dilarang beredar dipasaran. Hal tersebut juga diikuti oleh 20 negara lainnya yang melarang regulasi Flakka, seperti Jerman, Inggris, Spanyol, Bulgaria, Austria, Republik Ceko dan Perancis.
ROLLING STONE | ESKANISA RAMADIANI | AFRILIA SURYANIS