TEMPO.CO, Jakarta - Istilah pelakor yang artinya perebut laki orang atau perebut suami orang saat ini semakin populer. Dunia media sosial dengan beberapa orang pesohor yang dituding sebagai pelakor sedikit banyak menjadi penyebab istilah ini kian akrab di telinga.
Anggia Chrisanti, konselor dan terapis dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria menyebutkan, bahwa istilah pelakor itu tentu tidak hanya berlaku di dunia maya. Dalam kehidupan sehari - hari dan di sekitar kita, mulai dari gosip-gosip kantor hingga bisik tetangga, istilah pelakor ini pun kerap terdengar.
Hingga akhirnya label pelakor ini mudah disematkan seseorang ke seseorang lainnya, Anggia Chrisanti mencoba memberikan penggambaran. Bahwa ada beberapa kesalahan nyata sehingga seseorang rentan dicap sebagai pelakor.
1. Diduga memiliki kedekatan spesial dengan pasangan (khususnya suami) orang lain. Baik terkait dengan pekerjaan maupun tidak.
3. Bukti pembicaraan (telepon atau chat) yang dianggap tidak biasa. Misalnya, terlalu sering dan atau dengan bahasa atau panggilan yang dianggap tidak biasa dan atau dengan konten yang tidak seharusnya (terlalu perhatian atau terlalu vulgar).
4. Ditemukan beberapa pemberian barang, baik barang sungguhan maupun bukti transfer dalam jumlah dan intensitas yang tidak biasa.
5. Kedekatan Anda berbanding lurus dengan munculnya informasi retaknya rumah tangga seseorang yang sedang dekat dengan Anda itu, bahkan apalagi jika sampai benar berpisah.
Anggia Chrisanti menambahkan, bila saat ini Anda merasa dekat dengan seseorang dan lengkap dengan tanda - tanda tersebut, baiknya segera menjaga jarak jika tidak mau telanjur dicap pelakor.