TEMPO.CO, Jakarta - Liburan telah berakhir. Alih-alih segar dan bersemangat setelah menghabiskan waktu bersama keluarga dan jauh dari pekerjaan, Anda justru merasa stres. Hal ini tentu bertolak belakang dengan esensi liburan, yaitu istirahat dan relaksasi. Lalu apa yang menyebabkan stres? Jika mengalami stres, bagaimana mengatasinya?
Libur Lebaran kemarin misalnya. Bagi sebagian orang, libur Lebaran adalah waktunya untuk berkumpul dengan keluarga. Berbagai acara keluarga dijalani mulai dari makan bersama, salat bersama, juga tradisi sungkem. Namun bagi beberapa orang, tradisi keluarga justru menjadi beban.
“Ada gagasan bahwa pertemuan keluarga ketika berlibur seharusnya menyenangkan dan bebas stres. Namun, hubungan keluarga yang rumit justru mendatangkan stres,” ungkap Ken Duckworth, Direktur Medis Aliansi Nasional untuk Penyakit Mental AS.
Liburan dengan kembali ke tempat tinggal asal otomatis membangkitkan kenangan masa lalu. Masalah yang muncul selanjutnya, apakah kenangan itu manis atau pahit.
“Jika Anda mengasosiasikan liburan dengan kenangan buruk yang terjadi di masa lalu seperti kehilangan orang yang dicintai, tentu akan berdampak buruk pada (kondisi) psikologis Anda,” kata Ken.
Hal yang juga umum mengakibatkan stres setelah liburan adalah gaya hidup yang tidak sehat. Neuropsikolog asal AS, Diane Roberts Stoler, Ed. D., mengatakan ketika musim liburan, orang melakukan berbagai kegiatan seperti berbelanja, memasak, berkumpul dengan keluarga, hingga berjalan-jalan.
Selain itu, orang akan mengonsumsi apa pun yang tersedia di meja makan atau ruang keluarga tanpa memikirkan soal kesehatan baik fisik maupun mental. “Ketika berlibur, orang akan melakukan berbagai kegiatan dalam waktu yang terbatas bahkan hingga begadang demi dapat menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga. Akhirnya kopi yang banyak mengandung kafein menjadi teman begadang," kata Diane.
Selain tubuh dan otak kelelahan, kafein juga menyebabkan perubahan tekanan darah sehingga memicu stres. Satu lagi, di masa liburan orang pun cenderung memakan banyak makanan manis. "Ini juga dapat memicu stres,” ujar Diane.