TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Gizi Klinik, Elvina Karyadi, mengatakan gangguan asupan gizi pada masa janin dan usia dini berdampak jangka pendek dan jangka panjang. "Jangka pendek berupa gangguan pertumbuhan otak, pertumbuhan tidak optimal, dan gangguan metabolic programming," kata Elvina dalam diskusi Forum Ngobras di Jakarta, Jumat, 21/7.
Baca: Tak Hanya Kelebihan Gizi, Kebiasaan Keliru Juga Memicu Obesitas
Adapun, jangka panjangnya mempengaruhi kemampuan kognitif yang terganggu dan bertubuh pendek. "Metabolic programming perlu diwaspadai," ujarnya.
Sebab, kata Elvina, bila bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, saat dewasa nanti rentan terkena obesitas. "Banyak yang saat dewasa, bayi yang lahir berat badannya kurang terkena obesitas, diabetes, sakit jantung, stroke, dan lain-lain," kata dia.
Hal itu dikarenakan saat lahir, organnya tidak atau belum sempurna. "Metabolisme tubuhnya pun lambat sehingga lebih rentan terhadap obesitas," kata dia.
Baca: 17 Persen Anak Indonesia Kurang Gizi
Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Dharmais Jakarta, Reni Wigati, mengatakan Indonesia kini darurat obesitas. Pada 2013, angka overweight nasional lebih dari 10 persen dan obesitas 8,8 persen. "Negara kita peringkat 10 di dunia untuk obesitas secara umum (anak dan dewasa)," kata Reni.
Menurut Reni, sebagian besar obesitas murni karena nutrisi, yakni asupan lebih besar daripada yang dikeluarkan. "Hanya 10 persen yang disebabkan oleh penyakit, misalnya gangguan hormon atau masalah genetik," ujarnya.
AFRILIA SURYANIS