Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anda Tergolong Workaholic? Waspadai 4 Gangguan Kejiwaan Ini  

image-gnews
Foto ilustrasi pria bekerja. Dok: StockXpert
Foto ilustrasi pria bekerja. Dok: StockXpert
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Di antara kita banyak yang mengenal orang-orang yang tidak bisa sebentar saja meninggalkan pekerjaannya. Dia bisa memeriksa e-mail setiap saat sepanjang hari dan menolak beristirahat di hari libur. Dia seperti terikat dengan meja kerjanya.

Baca: 5 Pekerjaan Ini Rentan Mengundang Depresi

Kebiasaan yang dikenal dengan sebutan workaholic itu ternyata berdampak buruk bagi kesehatan seseorang. Bisa berpengaruh kepada gangguan pola tidur, jenis makanan yang dikonsumsi, dan olahraga yang dilakukan.

Lebih dari itu, menurut penelitian terbaru, seperti dilansir Dailymail, seseorang yang gila kerja, ternyata berisiko terkena penyakit kejiwaan. Periset di University of Bergen, Norwegia, sudah menyebutkan para workaholic rentan atau cenderung terkena attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau hiperaktif, obsessive compulsive disorder (OCD) atau obsesif, kecemasan, dan juga depresi.

Dr Cecilie Schou Andreassen, yang juga seorang sarjana tamu di University of California, Los Angeles, mengatakan, "Orang gila kerja lebih tinggi pada semua gejala kejiwaan daripada orang-orang yang tidak bekerja gila-gilaan."

Dari analisis yang dilakukan kepada 16.426 pekerja, Dr Schou Andreassen mengungkapkan empat fakta yang perlu Anda ketahui tentang workaholic dan hubungannya dengan penyakit kejiwaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, 32,7 persen pecandu kerja memenuhi kriteria ADHD, dibandingkan dengan 12,7 persen orang yang tidak bekerja gila-gilaan.

Kedua, 25,6 persen memenuhi kriteria OCD, dibandingkan dengan 8,7 persen non-pecandu kerja.

Ketiga, 33,8 persen memenuhi kriteria kecemasan, dibandingkan dengan 11,9 persen non-pecandu kerja.

Keempat, 8,9 persen memenuhi kriteria depresi, dibandingkan dengan 2,6 persen non-pecandu kerja.

TABLOID BINTANG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemain Timnas Brasil Richarlison Blakblakan Soal Perjuangan Melawan Depresi yang Nyaris Membuatnya Menyerah

17 jam lalu

Pemain Tottenham Hotspur Richarlison. Action Images via Reuters/Paul Childs
Pemain Timnas Brasil Richarlison Blakblakan Soal Perjuangan Melawan Depresi yang Nyaris Membuatnya Menyerah

Penyerang Timnas Brasil, Richarlison, berbagi kisah soal usahanya berjuang melawan depresi yang membuatnya hampir menyerah.


6 Tips Agar Tidak Cemas Karena Terpicu Masalah Kesehatan Orang

4 hari lalu

Ilustrasi Depresi (Pixabay.com)
6 Tips Agar Tidak Cemas Karena Terpicu Masalah Kesehatan Orang

Orang dengan masalah kecemasan dapat terpicu dan menjadi khawatir ketika mendengar masalah kesehatan orang lain. Ini 6 tips agar tidak ikut cemas.


Ted Danson Ungkap Kisahnya Berjuang Melawan Psoriasis

7 hari lalu

Ted Danson. LUCAS JACKSON/REUTERS
Ted Danson Ungkap Kisahnya Berjuang Melawan Psoriasis

Ted Danson mengaku pernah berjuang melawan psoriasis plak, masalah kulit kronis yang bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang.


Perbedaan Stres dengan Depresi, Masing-masing Punya Ciri-ciri Khas

9 hari lalu

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi karena berbagai pemicu. (Pexels/Ivan Samkov)
Perbedaan Stres dengan Depresi, Masing-masing Punya Ciri-ciri Khas

Gangguan stres kronis dan depresi merupakan dua hal yang berbeda. Stres merupakan sebuah tekanan psikologis oleh sebab apapun.


Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

10 hari lalu

Ibu sedang pompa ASI. Foto : Motherly
Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

Perubahan besar dalam proses melahirkan dapat menyebabkan beban mental dan emosional yang signifikan pada ibu. Ini gejala gangguan mental pada ibu.


Stigma Negatif pada Penderita Psoriasis yang Berdampak ke Psikologis

11 hari lalu

imgslide.health.com
Stigma Negatif pada Penderita Psoriasis yang Berdampak ke Psikologis

Penderita psoriasis kerap mendapatkan stigma negatif dalam kehidupan sehari-hari sehingga berdampak ke psikologis.


Park Hyung Sik dan Park Shin Hye Ungkap Bocoran Episode Terakhir Doctor Slump

14 hari lalu

Park Shin Hye dan Park Hyung Sik dalam drama Doctor Slump. Instagram.com/@ssin7
Park Hyung Sik dan Park Shin Hye Ungkap Bocoran Episode Terakhir Doctor Slump

Jelang penanyangan episode terakhir Doctor Slump, Park Shin Hye dan Park Hyung Sik berterima kasih mendapat sambutan positif dari penonton


Studi: Menopause Tidak Selalu Meningkatkan Depresi dan Masalah Kesehatan Mental Lainnya

21 hari lalu

Ilustrasi menopause. shutterstock.com
Studi: Menopause Tidak Selalu Meningkatkan Depresi dan Masalah Kesehatan Mental Lainnya

Kajian dari Brigham and Women's Hospital Boston menyatakan, menopause tidak selalu meningkatkan depresi dan masalah kesehatan mental lainnya.


Bahaya Burnout bagi Kesehatan Fisik dan Psikis Menurut Psikolog

24 hari lalu

Ilustrasi wanita kelelahan. shutterstock.com
Bahaya Burnout bagi Kesehatan Fisik dan Psikis Menurut Psikolog

Psikolog mengatakan kondisi burnout akibat pekerjaan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikis.


Tips Mengelola Stres Agar Terhindar Depresi Seperti Kasus Caleg Stres

24 hari lalu

Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock
Tips Mengelola Stres Agar Terhindar Depresi Seperti Kasus Caleg Stres

Efek stres kronis bisa berbahaya juga menyebabkan depresi seperti yang dialami beberapa kasus caleg stres, maka penting mengelola stres sejak awal.