TEMPO.CO, Jakarta - Penetapan 1 Djulhijah 1438 Hijiriah jatuh pada Rabu, 23 Agustus 2017. Penetapan ini menjadi acuan untuk puasa Arafah pada 9 Dzulhijah jatuh pada Kamis, 31 Agustus 2017 dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah pada hari Jumat, 1 September 2017. Umat muslim juga di anjurkan melaksanakan puasa Dzulhijjah.
Puasa Dzulhijjah dilakukan dalam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Berikut keutamaan bulan Dzulhijjah yang dipetik dari laman Icna.org
Puasa Dzulhijjah akan diganjar pahala yang berlipat ganda. Nabi Muhammad SAW bersabda Allah SWT sangat menghargai orang melakukan perbuatan baik dalam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Hal tersebut berdasarkan hadist Nabi diriwayatkan Al-Bukhari. Namun kebanyakan ulama menganjurkan puasa sembilan hari pada awal Dzulhijjah “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah,” hadits riwayat Abu Daud.
Sepuluh hari pertama Dzulhijjah sama seperti sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hari tersebut paling dicintai Allah SWT dan memberikan kesempatan menuai penghargaan dan berkat setiap hari sepanjang tahun.
“Nabi saw bersabda: Siapapun yang berpuasa untuk satu hari untuk kesenangan Allah, Allah akan menjauhkan mukanya dari api neraka untuk (jarak yang ditempuh dalam perjalanan) tujuh puluh tahun,” Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Nabi Muhammad juga berkata puasa dzulhijjah menjadi penebusan semua dosa pada tahun sebelumnya dan semua dosa tahun yang akan datang. Puasa Dzulhijjah disebut tindakan kebenaran.
Berdasarkan Hadits diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, An-Nisa'i, seseorang akan menjadi damai, apabila berpuasa pada awal bulan Dzulhijjah, hari Asyura dan tiga hari dalam setiap bulannya.
Rasul menyetarakan pahala beramal di 10 hari Dzulhijjah dan mati syahid. Karena konteks negara kita bukan perperangan, dalam kondisi aman dan damai, tentu memperbanyak amal di bulan Dzulhijjah, terutama puasa, lebih diprioritaskan.
“Sahabat bertanya kepada Nabi Muhamad SAW, “Apakah jihad juga tidak sebanding beramal pada sepuluh hari tersebut?”, ia menjawab, “Tidak, kecuali ia mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah (mati syahid),” Hadits riwayat Ibnu Majah.
ICNA ORG | Salama Picalouhata