TEMPO.CO, Jakarta--Orang-orang cenderung bersimpati kepada pecandu makanan dibandingkan dengan para perokok atau alkoholik. Tapi nyatanya, beberapa orang bisa menjadi tak lagi bersimpati jika orang tersebut mencandui makanan berlemak. Sebuah studi mencermati bahwa label pecandu makanan mengintensifkan stigma sosial tentang obesitas.
Bukti terbaru memperlihatkan bahwa kecanduan makanan sebagai hal nyata yang mirip dengan kecanduan kokain. Satu studi menunjukkan bahwa otak pecandu makanan memiliki reaksi yang sama ketika mereka mengantisipasi kegiatan makan seperti halnya pecandu narkoba. Yang mengejutkan adalah bahwa studi ini menemukan bahwa tidak semua pecandu memakan makanan berlemak.
Peneliti dari Universitas Yale mempelajari sejauh mana stigma sosial melihat kecanduan makanan dibandingkan dengan kondisi lain. Dalam survei awal, lebih dari 600 orang dewasa menjawab pertanyaan dalam survei online tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan orang yang secara sosial dikucilkan seperti perokok, pecandu makanan, obesitas, cacat fisik dan sakit mental. Para responden memiliki sikap lebih pemaaf dan hanya sedikit saja merasa jijik terhadap pecandu makanan dibandingkan dengan pecandu alkohol dan perokok.
Dalam survei kedua, responden diberi gambaran yang lebih lengkap dari individu-individu tertentu. Dan mereka diminta untuk menilai. Sebagai contoh, mereka menjawab pertanyaan tentang bagaimana menanggapi perempuan kurus pecandu makanan atau lelaki gemuk pecandu alkohol.
Para peneliti menemukan bahwa bagi mereka, orang gemuk lebih identik sebagai pecandu makanan yang menjengkelkan, membikin marah dan jijik dibandingkan dengan pecandu makanan dengan tubuh kurus. Hasil menunjukkan bahwa publik melihat kecanduan makanan hanya sebagai sebutan halus untuk makan berlebihan. Atau mereka mungkin melihat obesitas karena mencandu makanan berlemak sebagai hasil dari pribadi yang gagal. Simak info kesehatan lainnya di sini.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
11 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.