TEMPO.CO, Finlandia - Peningkatan tekanan darah selama kehamilan mungkin membawa risiko penyakit jantung di kemudian hari, bahkan untuk wanita yang tampaknya sehat.
Sebuah studi baru dari Finlandia menunjukkan bahwa wanita yang memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan (tapi tidak didiagnosa dengan gangguan) ternyata 1,4 kali lebih mungkin mengalami gagal jantung. Bahkan, mereka dua kali lebih mungkin untuk meninggal akibat serangan jantung di kemudian hari dibandingkan dengan wanita bertekanan darah normal selama kehamilan.
Wanita dengan hipertensi gestasional atau tekanan darah tinggi setelah 20 minggu kehamilan dalam penelitian itu menunjukkan lebih mungkin mengalami serangan jantung dan stroke dibanding wanita bertekanan darah normal. Temuan serupa juga berlaku bagi wanita yang tidak memiliki risiko penyakit-penyakit itu sebelum kehamilan. Seperti tidak merokok, berat badan normal bahkan tidak memiliki riwayat diabetes tipe 2.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa preeklamsia, yaitu kondisi serius yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan meningkatnya kadar protein dalam urin, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan ginjal di kemudian hari.
Temuan baru ini menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan mungkin perlu dipantau untuk mencegah risiko penyakit jantung.
Studi ini diadakan di Finlandia sehingga peneliti tidak berani memastikan apakah hasilnya berlaku untuk perempuan di negara-negara lain. Penelitian ini melibatkan lebih dari 10 ribu wanita Finlandia yang melahirkan pada 1966. Tekanan darah mereka diukur sedikitnya tujuh kali selama kehamilan dan dilanjutkan setelahnya sekitar 40 tahun. Sekitar sepertiga dari wanita ini memiliki tekanan darah tinggi pada saat kehamilan. Detil laporan penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Circulation. (Baca juga: Masa Kecil Kurang Bahagia, Picu Penyakit Jantung)
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
12 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.