TEMPO.CO, Jakarta - Lebaran memang masih dua minggu lagi, tetapi kesibukan menyambut momen istimewa ini sudah mulai dilakukan. Tak hanya mempersiapkan kebutuhan makanan dan busana, kebutuhan lain seperti interior rumah pun mulai dilakukan.
Salah satu kebutuhan yang penting diperhatikan untuk menata interior rumah menjelang Lebaran adalah karpet. Sebagian orang Indonesia, terutama di Jakarta, mengenal karpet Persia sebagai karpet berkualitas buatan Iran. Karpet ini telah mendunia karena kualitasnya sudah teruji dan dibuat dengan tangan.
Salah satu karpet Persia yang terkenal adalah karpet yang ada di Masjid Sultan Qaboos di Muscat, Oman. Luas masjid ini 4.343 meter persegi dan seluruh alasnya dilapisi oleh karpet Persia dengan ukuran 70 x 60 meter.
Namun, bagaimana membedakan karpet Persia yang asli dengan yang palsu? Menurut Malik M.A., pemilik gerai karpet Al Hamd di Radio Dalam, Kebayoran, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang karpet Persia asli buatan tangan.
Secara kasat mata, Malik mengatakan, karpet Persia yang asli dengan yang palsu sulit dibedakan. Akan tetapi, dalam setiap karpet Persia asli yang diproduksi dan siap jual, akan disertakan sebuah sertifikat.
"Keaslian ini ada pada bukti sertifikat sebagai pengikat legal," ujar Malik. Setelah itu, di bagian bawah tertulis Iranian Carpet Company dengan bahasa Arab. "Tulisan ini menyatu dengan karpet seperti logo," ujarnya.
Kemudian, kata Malik, di kantornya di kawasan Radio Dalam, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, karpet Persia orisinal dilengkapi beberapa lembar kertas yang berisikan informasi terkait karpet tersebut. Keterangan itu tersaji dalam berbagai bahasa dan memuat penjelasan mulai dari nama karpet, jenis, ukuran, bahan, dan kapan diproduksi.
"Karpet Persia terkenal karena berbagai faktor, di antaranya menuturkan gaya, motif keindahan, dan cerita di balik sebuah karpet. Karpet ini dibuat dengan tangan wanita yang dikerjakan dengan hati dan detail. Kalau si wanita tersebut menstruasi atau masih dalam keadaan nifas, masa idah, dia harus jeda dulu. Selain itu, si wanita juga harus berwudu sebelum membuat karpet."
Malik pun menceritakan bahwa pembuatan karpet Persia memakan waktu cukup lama. Sebuah karpet dengan ukuran minimal 2 x 3 meter dikerjakan seorang hingga dua orang selama sebulan, bahkan lebih.
Tak heran bila harganya cukup mahal. "Untuk karpet jenis reguler berukuran 6 meter harganya US$ 900-US$ 1.000," kata Malik.
HADRIANI P
Berita lain:
Inilah Eksistensi Kaum Adam
Eksotika Kain Nusantara
Oscar Lawalata Menyukai KainTapis Lampung
Berita terkait
Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer
4 hari lalu
Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.
Baca Selengkapnya5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus
4 hari lalu
Untuk acara pernikahan atau wisuda, Anda dapat menyewa kebaya agar lebih hemat. Berikut ini rekomendasi tempat sewa kebaya di Jakarta.
Baca SelengkapnyaStartup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang
8 hari lalu
Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.
Baca SelengkapnyaTampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian
10 hari lalu
Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.
Baca SelengkapnyaTampil Kasual dengan Baju Flanel
17 hari lalu
Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee
Baca SelengkapnyaGaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini
25 hari lalu
Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.
Baca SelengkapnyaKolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?
30 hari lalu
Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion
Baca SelengkapnyaSejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran
34 hari lalu
Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaRamadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
45 hari lalu
Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.
Baca SelengkapnyaTiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana
4 Maret 2024
Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.
Baca Selengkapnya