Perjalanan dari Kulit Ular Sampai Jadi Tas Cantik  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 15 Januari 2015 03:59 WIB

Rima Novida Ayu Lian, pemilik UD Cobra Sakti, menunjukkan tas dari kulit ular. Ika Ningtyas

TEMPO.CO, Banyuwangi - Perburuan ular selesai. Ahong meletakkan dua karung transparan di halaman belakang UD Cobra Sakti, pusat kerajinan kulit ular di Jalan Raya Srono Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu 7 Januari 2015.

Di balik karung itu, delapan ular sanca kembang (Python reticulatus) menggeliat. Dua pekerja UD Cobra, kemudian mengambil reptil tersebut, mengukur panjangnya satu-persatu dengan penggaris. "Sebulan ini cuma dapat delapan ular," kata Ahong setengah menggerutu.

Ahong berburu ular sejak 1980. Dia mencari ular-ular itu ke sawah dan perkebunan mulai daerah Banyuwangi, Jember, dan Situbondo. Di luar Jawa, Ahong juga berjaringan dengan pemburu ular di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Ular yang didapat kemudian dia pasok untuk pusat-pusat kerajinan kulit ular, salah satunya ke UD Cobra Sakti. "Satu meter ular harganya Rp 55 ribu," kata lelaki 65 tahun itu. UD Cobra Sakti yang berdiri sejak 1989, mengolah kulit ular menjadi berbagai produk fesyen mulai tas, jaket, sandal, ikat pinggang dan dompet.

Ahong bercerita, bahwa dia hanya memburu ular-ular yang tak dilindungi undang-undang seperti jenis sanca batik. Jenis sanca ini bisa bertelur antara 30-50 butir, sehingga ketersediaannya di alam melimpah. Sebagai pemburu ular, katanya, dia mengklaim telah mengkantongi izin dari Kementerian Kehutanan.

Selanjutnya: Pengolahan kulit ular
<!--more-->
Pemilik UD Cobra Sakti, Rima Novida Ayu Lian, saat ini dia lebih banyak mendatangkan kulit ular dari Sumatera dan Kalimantan sebanyak 18 ribu lembar tiap bulannya. Sebab pasokan ular hidup dari Banyuwangi sendiri sudah tak mencukupi. "Di Sumatra dan Kalimantan kan masih banyak ular," kata Rima, 24 tahun.

Rima mewarisi usaha kerajinan tersebut dari ayahnya, Sugiyono. Awalnya, Sugiyono hanya menjadi pemasok kulit ular ke Jakarta yang kemudian di ekspor hingga Eropa. Kemudian pada tahun 2000-an, Sugiyono memproses sendiri kulit ular tersebut menjadi produk fesyen. Seluruh produk dipasarkan ke sejumlah artshop di Bali.

Rima membeli kulit ular kering seharga Rp 60 ribu per meter. Saat jumlah order membludak, Rima harus membeli kulit ular yang telah diproses menjadi samak ke sejumlah usaha dagang lainnya. Samak kulit tersebut harganya Rp 175 ribu untuk ukuran 1,5 meter. "Jadi saya tinggal menjahit saja," kata mahasiswa semester akhir Universitas Jember ini.

Proses kerajinan itu sendiri membutuhkan waktu 2-3 hari. Tahap pertama adalah penyamakan kulit. Awalnya, kulit ular direndam dengan cairan ZA selama dua jam agar lebih lemas. Dua jam berikutnya, kulit direndam dengan cairan berwarna mulai merah, hitam, coklat atau sesuai pesanan. Kulit yang telah berubah warna harus dikeringkan dengan cara dijempur di bawah matahari. Cara menjemurnya, dengan merentangkan kulit ular pada sebuah papan kayu. "Agar kulit lebih lebar dan panjang," kata Hadi, salah seorang pegawai.

Kulit yang telah dijemur melebar dari 20 centimeter menjadi 25-30 cm, juga memanjang dari 3,5 meter menjadi 4-4,5 meter. Setelah kering, tahap berikutnya adalah meluruskan kulit dengan menggosokkan ke batang besi. Agar permukaan menjadi lebih tipis, kulit dihaluskan dengan mesin khusus. Permukaan kulit kemudian dilumuri minyak agar mengkilap, lalu dijemur sebentar hingga kering. Proses terakhir adalah menyetrika permukaan kulit agar lebih halus. Setelah sehari menjalani proses panjang, akhirnya samak kulit ular siap digunakan.

Rima menjelaskan, ada lima penjahit yang bekerja membentuk samak kulit ular menjadi aneka produk. Satu orang bisa menyelesaikan 1 produk seperti tas atau jaket. Namun bila dompet atau sepatu, satu orang bisa mengerjakan 2-3 buah sehari.

Selanjutnya: Ke mana dijual?
<!--more-->
Dalam sebulan UD Cobra menghasilkan sedikitnya 300 kerajinan. Rima membuat etalase khusus untuk memajang seluruh produknya di depan rumahnya. Aneka produk fesyen yang sebagian besar untuk perempuan itu memang memikat hati. Corak khas kulit ular masih nampak, dengan warna-warna gemerlap sehingga nampak mewah.

Harga berbagai produk fesyen itu beragam. Tas untuk perempuan misalnya, rata-rata harganya Rp 1 juta. Jaket antara Rp 3-4 juta, sepatu perempuan Rp 200 ribu dan dompet Rp 150 ribu. Menurut Rima, dari berbagai produk itu, tas paling laris. Pembeli biasanya menyukai corak kulit sanca kembang yang lebih meriah daripada jenis ular lain. "Sebulan minimal 300 buah tas," katanya.

Setelah dikirim ke Bali, harga produk-produk itu bisa melejit hingga 3 kali lipat. Apalagi, bila artshop mengekspor produknya ke Eropa, harganya berlipat menjadi 5 kali lebih mahal. Dari usahanya ini, UD Cobra Sakti mengumpulkan omzet hingga Rp 100 juta per bulan.

Rima menambahkan, hal paling sulit dari usahanya tersebut adalah mencari bahan baku yakni kulit ular. Kebutuhan minimal 18 ribu lembar kulit itu, katanya, belum tentu bisa terpenuhi dalam sebulannya. Oleh karena itu, dia kesulitan bila akan meningkatkan jumlah produksinya. Solusinya, kata lajang berkacamata ini, dia bekerja sama dengan banyak usaha penyamakan kulit agar tetap bisa mendapatkan pasokan. "Cari kulit ular itu gampang-gampang susah," katanya.

IKA NINGTYAS

Topik Terhangat:
AirAsia
| Calon Kapolri | Charlie Hebdo | Menteri Jonan | Susi Pudjiastuti


Berita terpopuler lainnya:
Menteri Andrinof: Jepang Cuma Menggertak

Lima Jenderal Ini Disebut Punya Rekening Gendut
Beredar Foto Mesra, Abraham: Itu Gosip

Berita terkait

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

10 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

19 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.

Baca Selengkapnya

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

4 Maret 2024

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.

Baca Selengkapnya

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

3 Maret 2024

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

28 Februari 2024

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.

Baca Selengkapnya

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

27 Desember 2023

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang

Baca Selengkapnya

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

3 Oktober 2023

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

Kerajinan bambu Munthuk, Bantul, Yogyakarta, telah memiliki pasar dalam negeri dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

27 September 2023

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

Inacraft on October 2023 juga akan menghadirkan fasilitas khusus yang disebut dengan Talam Inacraft.

Baca Selengkapnya

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

18 Juni 2023

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

Ekonom Indef menanggapi dua event internasional yang diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, MotoGP dan WSBK, yang disebut merugi.

Baca Selengkapnya