Kurangi Sisa Makanan, Indonesia Perlu Contoh Afrika

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 30 Oktober 2017 17:27 WIB

Ratusan porsi bubur sayur dipersiapkan sebagai hidangan buka puasa bersama di Masjid Sabiilurrosyaad, Bantul, Yogyakarta, 10 Juni 2016. Bubur yang telah dituangkan di piring dicampurkan dengan sayur tahu dan tempe untuk menambah rasa pedas. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pentingnya ada perubahan pola makan di Indonesia. Hal ini penting untuk mencapai ketahanan pangan. Kalla mengatakan sering sekali orang membuang-buang makanan karena porsi yang disediakan terlalu besar.

“Di beberapa tempat di dunia ini, orang menyediakan makanan berlebihan. Kadang-kadang yang dimakan hanya 70 persen. Bahkan di Timur Tengah hanya 50 persen,” ujar Kalla dalam pembukaan acara Asia Pacific Food Forum (APFF) pertama di Jakarta, Senin, 30 Oktober 2017.

Baca: 5 Kunci Ampuh Cegah Keracunan Makanan

Kalla mengatakan pola makan yang selalu sisa dan boros itu juga terjadi di Indonesia. “Lihat hotel-hotel dan restoran, berapa ton makanan yang dibuang setiap hari?” kata Kalla.

Oleh karena itu, perlu ada perubahan pola makan sehingga tidak ada makanan yang terbuang percuma saat masih banyak penduduk Indonesia yang kelaparan dan kurang gizi.

Kalla mengatakan Indonesia perlu mengikuti contoh negara-negara asing yang telah berupaya mengubah pola makan warganya. “Ada negara di Afrika mengubah cara dengan mengecilkan piring. Itulah contoh yang bisa kita ikuti,” katanya.

Gaya makan itu, bisa saja dimasukkan ke peraturan yang mengikat. “Mungkin nanti pemerintah memutuskan bikin keputusan presiden berapa besar piring yang boleh dipakai untuk makan, sehingga orang tidak mubazir,” ujarnya.

Baca: 4 Hal Terkait Finansial yang Harus Dibereskan Sebelum Usia 30

Kalla mengingatkan bahwa semua agama mengajarkan untuk tidak mubazir kecuali dalam hal kebaikan. Pola makan yang mubazir dapat menghambat upaya Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Menurut Kalla, Indonesia mengalami dilema dalam mengupayakan ketahanan pangan karena tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia, yang mencapai kurang-lebih 1,5 persen tiap tahunnya.

Di saat yang sama, lahan untuk pertanian juga semakin berkurang karena dikonversi ke lahan industri dan perumahan. Oleh karena itu, Indonesia masih harus mengimpor banyak kebutuhan pangan, seperti jagung, terigu, gandum, dan terkadang beras. “Berarti semua kebutuhan itu harus tetap jadi bagian dari kebutuhan nasional kita yang mendesak dan harus dipenuhi,” kata Kalla.

Berita terkait

Sertifikat Halal Diharapkan Bisa Tingkatkan Kepercayaan Masyarakat

27 Januari 2024

Sertifikat Halal Diharapkan Bisa Tingkatkan Kepercayaan Masyarakat

Konsumen Indonesia sangat memahami dan sadar akan makanan yang mereka konsumsi. Sertifikat halal semakin sering ditanyakan

Baca Selengkapnya

Hindari Makanan dan Minuman Ini bila Tak Ingin Terserang Migrain

15 Januari 2024

Hindari Makanan dan Minuman Ini bila Tak Ingin Terserang Migrain

Migrain merupakan masalah kompleks dan penyebab utamanya belum diketahui pasti. Berikut lima makanan dan minuman yang paling umum penyebab migrain.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi 2,61 Persen di 2023, Makanan dan Minuman Jadi Penyumbang Terbesar

2 Januari 2024

BPS: Inflasi 2,61 Persen di 2023, Makanan dan Minuman Jadi Penyumbang Terbesar

Inflasi Indonesia untuk tahun 2023, yang menunjukkan angka sebesar 2,61 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan Harga Gula Dunia Diyakini Tak Ganggu Industri Makanan dan Minuman, Kenapa?

28 Desember 2023

Kenaikan Harga Gula Dunia Diyakini Tak Ganggu Industri Makanan dan Minuman, Kenapa?

Kemenperin memastikan, kenaikan harga gula dunia tidak memengaruhi industri makanan dan minuman di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BPJPH: Ada 487 Ribu Produk Makanan Minuman Belum Berlabel Halal

21 Desember 2023

BPJPH: Ada 487 Ribu Produk Makanan Minuman Belum Berlabel Halal

BPJPH sudah mengeluarkan sertifikat halal kepada 1,1 juta IKM makanan dan minuman di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Milan Larang Penjualan Makanan dan Minuman Tengah Malam di Pusat Kota

31 Oktober 2023

Milan Larang Penjualan Makanan dan Minuman Tengah Malam di Pusat Kota

Peraturan baru ini diberlakukan setelah warga setempat menggugat balai kota atas kebisingan yang disebabkan oleh kehidupan malam di pusat Kota Milan.

Baca Selengkapnya

BNI Berangkatkan UMKM F&B Lokal ke Seoul Food & Hotel 2023

1 Juni 2023

BNI Berangkatkan UMKM F&B Lokal ke Seoul Food & Hotel 2023

Pameran ini dapat menjadi sarana branding bagi BNI Xpora dan UMKM binaan BNI untuk dikenal secara global.

Baca Selengkapnya

Perputaran Uang di Daerah Selama Lebaran 2023 Diprediksi Capai Rp67 Triliun, Ini Enam Sektor yang Paling Untung

18 April 2023

Perputaran Uang di Daerah Selama Lebaran 2023 Diprediksi Capai Rp67 Triliun, Ini Enam Sektor yang Paling Untung

Perputaran uang di daerah selama Lebaran diprediksi akan mencapai Rp67 triliun, berikut enam sektor yang paling untung.

Baca Selengkapnya

Prediksi Industri Makanan 2023 Tumbuh 7 Persen, Kemenperin: Samai Sebelum Pandemi

11 April 2023

Prediksi Industri Makanan 2023 Tumbuh 7 Persen, Kemenperin: Samai Sebelum Pandemi

Kemenperin memproyeksi industri makanan dan minuman (mamin) akan mampu tumbuh hingga tujuh persen.

Baca Selengkapnya

Spesial Ramadan, Ini Deretan Promo Makanan dan Minuman untuk Buka Puasa

23 Maret 2023

Spesial Ramadan, Ini Deretan Promo Makanan dan Minuman untuk Buka Puasa

Menyambut bulan suci Ramadan, berbagai gerai makanan dan minuman menawarkan promo spesial di bulan ini untuk santap buka puasa, gerai mana saja?

Baca Selengkapnya