Waspada, Dewasa Bisa Membawa Bakteri Difteri Selama Enam Bulan

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 11 Desember 2017 06:10 WIB

Pemerintah Kabupaten Serang Banten menetapkan status Kejadian Luar Biasa atau KLB wabah setelah adanya 12 kasus difteri selama 2017, dua di antaranya meninggal dunia

TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini wabah difteri sedang terjadi di Indonesia. Status kejadian luar biasa diberlakukan setelah jumlah kasusnya meningkat tajam. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga November 2017, kasus difteri dilaporkan terjadi di 95 kabupaten dan kota yang tersebar di 20 provinsi. Sedikitnya 38 orang meninggal dari 590 kasus yang ditemukan. Kementerian Kesehatan telah mengimbau masyarakat agar mengikutsertakan anak-anak mereka dalam program imunisasi difteri. Pemberian vaksin difteri ulang pun dilakukan di beberapa wilayah.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan mengatakan tidak hanya anak kecil yang penting untuk melakukan imunisasi ulang. "Dewasa juga perlu melakukan imunisasi difteri ulang setiap 10 tahun sekali," katanya saat dihubungi Ahad 10 Desember 2017. Baca: Pekan Kuliner Indonesia di Rusia, Sambal jadi Favorit

Aman mengatakan vaksin difteri yang dilakukan saat masih kecil akan bertahan selama 10 tahun. Menurut Aman, bila imun tubuh seorang dewasa sedang baik, maka ia tidak akan terkena penyakit difteri. "Sebaliknya, orang dewasa juga bisa terkena difteri bila kekebalan tubuhnya sedang lemah," katanya.

Bagi yang sedang memiliki imun baik dan tidak terkena difteri, orang dewasa juga jangan terlalu senang dulu. Aman mengatakan seorang dewasa yang memiliki kekebalan tubuh baik bisa juga sebagai pembawa bakteri ini. "Literatur menunjukkan bakteri difteri itu bisa hidup di orang dewasa selama enam bulan," katanya.

Ketika orang yang memiliki imun baik namun membawa bakteri difteri, berada di dekat orang dewasa yang memiliki imun rendah, maka akan ada kemungkinan penularan penyakit ini terjadi. "Penularan bisa melalui udara, bersin, batuk," katanya. Baca: Penyakit Difteri Pernah Hilang di Indonesia, Mengapa Muncul lagi?

Advertising
Advertising

Menurut Aman, vaksin yang diberikan untuk orang dewasa sama dosis dan jenisnya dengan dosis yang diberikan kepada anak berusia 7 tahun ke atas. "Vaksin difteri untuk dewasa ini memang belum menjadi keharusan seperti pada anak, namun masih berupa himbauan," kata Aman.

Aman mengatakan penyakit difteri pernah menjangkit orang dewasa di Rusia pada tahun 90an. Saat itu wabah difteri tertular paling banyak kepada orang dewasa yang berprofesi tentara.

6 Desember lalu Badan Kesehatan Dunia merilis ada enam kematian akibat penyakit difteria yang terjadi di Banglades. Terdapat pula 110 kasus difteria di Banglades yang kebanyakan korbannya adalah pengungsi Rohingya. "Kemungkinan masalahnya, selain karena imunisasi yang tidak menyeluruh, ada juga urusan sanitasi di daerah pengungsian itu," kata Aman menduga. Baca: Jadi Anggota Kerajaan, Ini yang Harus Dipelajari Meghan Markle

Penyakit difteri sangat menular dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi adalah perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit difteri, dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta.

Gejala yang dihadapi adalah demam tidak tinggi, nafsu makan menurun, lesu, nyeri menelan dan nyeri tenggorok. Ada pula masalah sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah. Penyakit ini memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorok atau hidung, yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut sebagai bull neck. Baca: Anak Berebut Hak Milik, Orang Tua Perlu Ajarkan Aturan Ini

Aman meminta masyarakat melengkapi imunisasi DPT/DT/Td anak sesuai jadwal imunisasi anak Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi difteri lengkap adalah usia kurang dari 1 tahun harus mendapatkan 3 kali imunisasi difteri (DPT). Anak usia 1 sampai 5 tahun harus mendapatkan imunisasi ulangan sebanyak 2 kali. Anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi difteri melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 atau kelas 5. Setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk orang dewasa. Apabila status imunisasi belum lengkap, segera lakukan imunisasi di fasilitas kesehatan terdekat.

Berita terkait

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

48 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

9 Oktober 2023

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

Difteri dapat menyebabkan kematian dalam waktu 48-72 jam jika tidak ditangani secara serius. Segera kenali gejalanya agar cepat mendapat pertolongan.

Baca Selengkapnya

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

8 Juli 2023

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

Otoritas kesehatan di Nigeria mengumumkan negara itu sedang mengalami wabah penyakit difteri setelah terjadi kematian akibat penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

13 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

Jenis vaksin yang menjadi bagian program imunisasi rutin yang disediakan pemerintah semakin beragam. Simak daftarnya

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

7 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

COVID-19 menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imunisasi rutin anak. Ini strategi tingkatkan cakupan imunisasi nasional.

Baca Selengkapnya

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

29 April 2023

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

Balto dipuja sebagai pahlawan - menjadi subjek dalam buku dan film. Ilmuwan, dalam penelitian terbaru menemukan keunggulan gen anjing tersebut.

Baca Selengkapnya

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

17 Maret 2023

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri di Jawa Barat tercatat sebanyak 55 suspek dengan konfirmasi positif 13 orang hingga Februari 2023

Baca Selengkapnya

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

16 Maret 2023

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

Penyakit difteri akibat bakteri sangat mematikan.

Baca Selengkapnya

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

28 Juni 2022

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

Dokter mengatakan campak, rubella, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan harus segera dicegah penyebarannya melalui imunisasi.

Baca Selengkapnya

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

3 November 2020

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 enegaskan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung termasuk yang paling aman.

Baca Selengkapnya