Makna Batik Prabowo, Mengapa Tak Pakai Motif Gurdo?
Reporter
Tempo.co
Editor
Susandijani
Rabu, 25 Juli 2018 15:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tak seperti biasanya, yang selalu menggunakan busana model safari, pada pertemuan Selasa 24 Juli 2018 malam tadi di rumah SBY, seperti diberitakan TEMPO.CO, Prabowo Subianto mengenakan batik lengan panjang.
Baca juga: Prabowo Sebut Kriteria Cawapres Pilpres 2019, AHY Senyum-senyum
Tampil tampak lebih ramping, Prabowo sepertinya lebih ‘bernapas’ dengan kemeja batik berwarna sogan itu. “Pertemuan itu kan bukan mau berperang, makanya Prabowo memilih pakai batik,” kata pengamat mode Sonny Muchlison yang dihubungi TEMPO.CO, Rabu 25 Juli 2018, pagi.
Lebih jauh, Sonny menyebutkan bahwa pakaian itu ada misinya. Kalau baju model safari, - biasanya dilengkapi keris dan kuda - itu maknanya saya siap berperang “Ready for fight,” kata sosok yang terkenal dengan desain kain tenunnya ini.
Sementara batik, misinya adalah untuk penampilan, tidak intimidatif, “Apalagi motif yang dipakai Prabowo adalah danliris atau udan liris, yaitu motif titik-titik yang membentuk garis serong, serta ada burung, dan bunga setaman,” katanya.
Baca juga: Prabowo Tegur Kader, Gerindra Rilis Daftar Juru Bicara
Sonny menyebutkan bahwa motif tersebut adalah motif yang ordinary. Sebetulnya, lanjutnya, Prabowo bisa memilih motif gurdo atau burung dengan sayap, ini motif dengan simbol yang lebih tinggi. “Tapi, sepertinya Prabowo mau meredam diri, mau dekat dengan sosok yang ditemuinya, jadi dia memilih motif yang lebih biasa,” katanya. "Ingat loh, pakaian itu simbol komunikasi," katanya
Sayang, kata Sonny, acara tadi malam itu kurang jelas sifanya, formal atau non formal alias kasual. “Kalau non formal, mungkin akan lebih keren jika lengan panjangnya digulung,” katanya.
Ketika ditanya, apa penampilan yang paling keren untuk Prabowo? Sonny menyarankan Prabowo lebih baik menggunakan jas. “Jas lebih pantas untuk Prabowo, akan terlihat lebih ramping,” katanya. Kalau safari? Model busana Safari itu ada garis pinggangnya, lebih cocok untuk mereka perutnya tak besar, seperti Presiden RI pertama, Sukarno.