Kasus Ratna Sarumpaet, Ini Bahaya Sedot Lemak di Usia Lanjut

Senin, 8 Oktober 2018 15:00 WIB

Ratna Sarumpaet dengan wajah yang lembam diduga akibat penganiayaan (kiri). twitter.com/cumarachel (kiri) ; TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis sosial Ratna Sarumpaet, 69 tahun, membuat geger pekan lalu. Mengaku dipukuli orang, ternyata ia menjalani operasi plastik. Foto-foto yang menunjukkan wajah Ratna Sarumpaet terlihat memar dan bengkak itu tersebar di media sosial dan menjadi viral. Ia mengaku telah berbohong. Yang sebenarnya terjadi bukanlah penganiayaan, melainkan operasi sedot lemak sehingga menyebabkan memar dan bengkak pada wajahnya.

Baca: Kontroversi Kasus Ratna Sarumpaet Belum Berakhir

Dokter spesialis bedah plastik Theddeus Octavianus Hari Prasetyono mengatakan operasi sedot lemak atau liposuction memiliki risiko lebih besar untuk pasien yang berusia lanjut, seperti Ratna, dibanding yang masih muda, karena faktor degeneratif. Theddeus mencontohkan, pasien berusia lanjut yang sudah mengkonsumsi obat pengencer darah ada kemungkinan mengalami perdarahan pada saat operasi dan pasca-operasi. Ada juga kemungkinan gangguan pada penyembuhan luka operasi.

"Ini juga bisa terjadi di operasi lainnya, hanya risikonya meningkat pada mereka yang berusia lanjut," katanya kepada Tempo, 4 Oktober 2018.

Pada umumnya, kata Theddeus, pasien yang akan menjalani operasi sedot lemak harus melakukan serangkaian tes, seperti pemeriksaan laboratorium, pengecekan fungsi jantung, pengecekan fungsi paru-paru dan juga ginjal. Ia menambahkan, calon pasien juga diimbau untuk tidak merokok, setidaknya selama dua minggu sebelum operasi. Jika hal itu tidak dilakukan, risiko terjadi komplikasi akan semakin besar.

Bagi Theddeus, pasien haruslah berkonsultasi dengan dokter yang akan menanganinya. Ia bahkan menyatakan tidak mungkin seorang yang berniat menjalani sedot lemak bisa segera disetujui untuk melakukannya dalam sesi konsultasi yang pertama. Ia berujar, ada sejumlah tahapan evaluasi yang harus dilewati.

Advertising
Advertising

Menurut dia, masyarakat harus memahami operasi sedot lemak dilakukan untuk membantu seseorang memperoleh lekuk tubuh yang lebih baik. Hal inilah yang kadang sering disalahartikan sebagai cara mengatasi kegemukan. "Bisa saja, tapi tidak ideal," kata dia.

Theddeus menjelaskan, pasien bisa segera pulang jika operasi sudah selesai dilakukan. Kendati begitu, pasien harus memakai pakaian khusus yang memberikan efek tekanan atau yang disebut pressure garment. Pakaian tersebut dipakai dalam masa-masa penyembuhan awal, yaitu selama tiga pekan. "Tapi, kalau mau mandi, bisa dilepas."

Baca: Ingrid Kansil Jelaskan Soal Foto Dukungan untuk Ratna Sarumpaet

Dokter spesialis kulit dan kelamin Laksmi Duarsa mengatakan operasi sedot lemak yang dilakukan di bagian tubuh mana saja akan menghasilkan efek yang sama sesudahnya. Efek itu berupa nyeri, lebam, dan bengkak selama 4-5 hari atau terkadang bisa sampai 2-3 pekan.

KORAN TEMPO

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

10 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Manfaat Saffron untuk Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

16 jam lalu

Manfaat Saffron untuk Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

Tak hanya untuk kesehatan fisik, saffron juga bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan kulit saat cuaca panas seperti belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Pakar Kesehatan Bagi Tips Hadapi Cuaca Panas

1 hari lalu

Pakar Kesehatan Bagi Tips Hadapi Cuaca Panas

Berikut tips yang dapat diterapkan demi terhindar dari dehidrasi hingga heat stroke atau serangan panas saat cuaca panas.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

2 hari lalu

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

Spesialis bedah saraf tak menganjurkan penderita nyeri punggung untuk melakukan berbagai aktivitas berikut beserta alasannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

7 hari lalu

Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

Di Indonesia pernah ditemukan kasus batu ginjal langka. Ukurannya sebesar kepala manusia.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

11 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

11 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya