Kebiri Dulu Dilakukan Kepada Kasim Kaisar

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 26 Agustus 2019 11:25 WIB

Perempuan mengangkat tangan dalam aksi menolak pendidikan non-seksis dan diskriminasi, pelecehan, dan pelecehan seksual oleh para akademisi, mahasiswa, dan pejabat di Santiago, Cile Rabu, 6 Juni 2018. Mereka mewarnai tangan dengan cat merah untuk melambangkan darah. AP/Luis Hidalgo

TEMPO.CO, Jakarta - Kebiri kimia saat ini sedang hangat dibicarakan masyarakat. Salah satunya karena keputusan Kejaksaan Negeri Kabupaten Mojokerto sedang mencari rumah sakit yang bersedia melakukan pidana kebiri kimia pada terpidana pemerkosa anak. Dalam putusan pengadilan tingkat pertama dan banding, pelaku, M. Aris, 20 tahun, dijatuhi hukuman penjara selama 12 tahun dan denda Rp 100 juta subsider enam bulan pidana kurungan setelah terbukti memerkosa sembilan anak di Mojokerto. Hakim juga menjatuhi pidana tambahan berupa kebiri kimia.

Kebiri sebenarnya bukan hal baru dilakukan oleh masyarakat dunia. Cheng Ho yang memimpin 27 ribu orang dalam ratusan kapal 600 tahun silam dikenal sebagai pemimpin ekspedisi raksasa yang tak pernah merampas atau menjajah daerah yang disinggahi. Sebelum memimpin puluhan ribu orang dalam tujuh ekspedisi itu, ia adalah seorang kasim di era Dinasti Ming, Cina. Konon, ia adalah orang kepercayaan kaisar ketiga dari dinasti tersebut, Kaisar Yongle.

Dalam tradisi kekaisaran Cina, seorang kasim harus rela dikebiri untuk menjadi pelayan di istana kerajaan. Tak terkecuali Cheng Ho. Kebiri dilakukan untuk menciptakan pelayan yang aman di istana. Soalnya, kasim bertugas memandikan raja, membereskan tempat tidur, dan memotong rambut.

Konon, proses kebiri para kasim ada dua cara. Pertama, proses kebiri dilakukan saat calon kasim sudah dewasa dengan memotong testisnya. Cara lain adalah dengan melakukan kebiri saat calon kasim masih anak-anak. Alat kelamin calon kasim dijepit minimal tiga kali sehari sehingga pertumbuhannya terhambat. Hasilnya, anak laki-laki akan berkarakter feminin, misalnya memiliki suara yang kecil dan tak punya jakun.

Di Indonesia, kebiri sering dibicarakan sebagai hukuman untuk pelaku pelecehan seksual terhadap anak-anak atau pemerkosa yang dinilai biadab.

Advertising
Advertising

Ari Rodjani, urolog dari Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan kebiri bisa dilakukan dengan dua teknik, yakni penyuntikan obat dan pembedahan. "Tujuannya sama, mengurangi kadar hormon testosteron," kata Ari dalam artikel Koran Tempo pada Juni 2016.

Proses pembentukan hormon testosteron pada pria dimulai dengan perintah dari hipotalamus anterior. Hipotalamus anterior memerintahkan tubuh untuk memproduksi hormon pelutein atau luteinizing hormone.

Pada wanita, hormon ini berfungsi merangsang pengeluaran sel telur dari ovarium. Pada laki-laki, hormon ini disebut interstitial cell stimulating hormone, yang berfungsi memproduksi hormon testosteron.

Kebiri dengan pembedahan otomatis akan melenyapkan "pabrik" hormon androgen pada manusia. Hormon androgen adalah hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon ini juga mendukung aktivitas organ seks dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder.

Hormon androgen yang paling dikenal adalah hormon testosteron pada pria, dan estrogen pada perempuan.

Cara lain adalah dengan kebiri kimia. Kebiri kimia dilakukan dengan menyuntikkan zat anti-androgen ke tubuh manusia. Penyuntikan biasanya dilakukan di lengan atas. Masuknya zat ini ke pembuluh darah akan membuat hipotalamus anterior terhalangi untuk memproduksi hormon luteinizing. Dengan tiadanya hormon luteinizing, sel dalam testis tak akan terangsang untuk memproduksi hormon testosteron.

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

2 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

4 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

11 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

12 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

13 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

13 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

14 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

17 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya