Perlunya Cara Baru Mengatasi Malaria Menurut Peneliti

Reporter

Antara

Selasa, 8 Oktober 2019 16:13 WIB

Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Malaria masih menjadi salah satu penyakit yang butuh perhatian khusus. Peneliti dari Lembaga Biomolekuler Eijkman Jakarta, Profesor Syafruddin, mengatakan pemerintah Indonesia butuh menerapkan cara baru untuk mencapai target eliminasi penyakit menular malaria pada 2030.

"Untuk mencapai target pada tahun 2030 bebas malaria, kita butuh alat baru. Sulit untuk mencapainya jika tidak menerapkan cara baru," kata Syafruddin di gedung LBM Eijkman Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2019.

Syafruddin bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Notre Dame di Amerika Serikat, melakukan uji klinis terhadap alat penghalau nyamuk bernama Spatial Repellent (SR) di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Dari penelitian tersebut menunjukkan alat SR dapat menurunkan angka endemisitas malaria hingga 41 persen di desa yang diteliti.

Syafruddin mengungkapkan bahwa hasil uji klinik SR di Indonesia ini memiliki potensi untuk menambah manfaat proteksi secara bermakna, khususnya di mana cara tradisional kelambu celup atau berinsektisida mungkin tidak protektif, tidak tersedia, dan tidak praktis. Menurutnya, penanggulangan atau eliminasi malaria dalam situasi seperti ini membutuhkan pendekatan-pendekatan inovatif, seperti SR yang memberikan efek proteksi yang tinggi terhadap penularan.

Repelen spasial dirancang untuk melepaskan senyawa aktif ke udara untuk menghalau nyamuk sehingga kontak manusia dan nyamuk terputus. "Senyawa yang dilepaskan dari repelen spasial akan membuat nyamuk kebingungan dan kehilangan kemampuan untuk mendeteksi manusia dan mencari darah," kata Syafruddin.

Advertising
Advertising

Alat penghalau nyamuk tersebut mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah atau nyamuk berada di dalam rumah tapi tidak bisa mendeteksi manusia, dan menghambat gigitan nyamuk. Syafruddin menambahkan alat SR bahkan memiliki potensi untuk membunuh nyamuk penular penyakit malaria, yaitu anopheles, beserta dengan parasit yang ada di dalam tubuhnya hingga benar-benar mencapai eliminasi.

"Yang kita prediksi dengan menghalangi nyamuk mendapatkan makanan, kalau nyamuk tidak bisa adaptasi dia kelaparan dan mati. Kalau mati, parasitnya juga akan mati," kata Syafruddin.

Berita terkait

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

6 hari lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

15 hari lalu

10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

Berikut deretan hewan paling berbahaya di dunia yang bisa membunuh manusia dalam hitungan detik. Ada lalat tsetse hingga tawon laut.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

35 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

36 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Angka DBD di Tangerang Selatan Meroket pada 2024, 302 Kasus dalam 2 Bulan

42 hari lalu

Angka DBD di Tangerang Selatan Meroket pada 2024, 302 Kasus dalam 2 Bulan

Dalam kurun waktu dua bulan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mencatat 302 kasus DBD.

Baca Selengkapnya

Kasus DBD DKI Jakarta: Imbauan Heru untuk Mengenakan Pakaian Panjang Anak hingga Pengaruh Musim Pancaroba

46 hari lalu

Kasus DBD DKI Jakarta: Imbauan Heru untuk Mengenakan Pakaian Panjang Anak hingga Pengaruh Musim Pancaroba

iDI mengingatkan, sampai sekitar Juni rentan kenaikan kasus DBD dipengaruhi cuaca

Baca Selengkapnya

Dinas Kesehatan Sorong Selatan Temukan 47 Kasus Malaria pada Januari-Maret

51 hari lalu

Dinas Kesehatan Sorong Selatan Temukan 47 Kasus Malaria pada Januari-Maret

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sorong Selatan, Marthina Atanay, mengatakan seluruh kasus malaria tersebut sudah ditindaklanjuti puskesmas setempat.

Baca Selengkapnya

Saat Musim Hujan, Serangga Apa Saja yang Berkeliaran?

2 Februari 2024

Saat Musim Hujan, Serangga Apa Saja yang Berkeliaran?

Semut api, laron, dan nyamuk serangga yang merespons perubahan cuaca selama musim hujan.

Baca Selengkapnya

Universitas Jember Tambah 8 Guru Besar, dari Matematika sampai Ilmu Akuntansi

30 Januari 2024

Universitas Jember Tambah 8 Guru Besar, dari Matematika sampai Ilmu Akuntansi

Universitas Jember targetkan tembus 100 guru besar pada 2028.

Baca Selengkapnya

6 Risiko Kesehatan yang Bisa Dilihat dari Golongan Darah

12 Januari 2024

6 Risiko Kesehatan yang Bisa Dilihat dari Golongan Darah

Satu hal yang tidak bisa Anda ubah adalah golongan darah yang jadi salah satu faktor krusial penentu kesehatan.

Baca Selengkapnya