Pahami Gerak Gerik Anak yang Berpotensi Tinggi Lakukan Pembunuhan

Rabu, 11 Maret 2020 05:30 WIB

Ilustrasi kekerasan. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh remaja berusia 15 tahun kepada balita berumur 6 tahun di Jakarta Pusat pada Kamis, 5 Maret 2020, menjadi pelajaran bagi orang tua untuk lebih mengawasi anak. Kejadian seperti ini bisa saja dicegah sehingga anak tidak melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan norma.

Ada beberapa tanda yang bisa diwaspadai orang tua dari gerak-gerik anak yang mengarah kepada aksi pembunuhan di masa datang. Sebagai bentuk edukasi, psikolog anak dan keluarga dari Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, pun menyebutkan empat perilaku yang wajib dicurigai sehingga bisa segera mendapat pertolongan.

Pertama adalah anak melakukan kekerasan terhadap orang lain dan binatang. Kekerasan yang dilakukan bukan hanya mengintimidasi, sering bertengkar dan menyakiti orang lain atau hewan, tapi juga senang menggunakan senjata tajam dalam melampiaskan kemarahan.

“Bisa pakai batu bata, botol kaca pecah, pisau pembuka surat, dan sebagainya,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada Selasa, 10 Maret 2020.

Ciri lain yang patut diwaspadai adalah senang merusak barang. Wanita yang akrab disapa Nina itu mengatakan bahwa anak yang berpotensi membunuh akan sering melampiaskan kemarahan, bukan hanya pada orang dan binatang saja, tapi juga kepada barang.

Advertising
Advertising

“Misalnya, secara sengaja merusak atau membakar benda miliknya atau mencoba membuat kerusakan serius pada tempat tinggal seseorang, itu harus dicurigai,” tegasnya.

Selain itu, ada pula sikap anak yang suka melakukan pencurian atau ketidakjujuran. Contohnya, anak mencoba masuk ke rumah orang lain tanpa ijin, berbohong demi mendapatkan benda milik orang lain, hingga melakukan pencurian barang.

“Anak yang suka mengelabui orang tuanya dengan menginap di rumah teman tanpa ijin, sering membolos dan melanggar aturan sekolah, wajib menjadi perhatian,” ungkapnya.

Apabila hal-hal ini ditemukan pada anak, Nina meminta agar orang tua kembali belajar melakukan pengasuhan yang lebih hangat dan lebih menghargai satu sama lain.

“Interaksi dalam keluarga yang lebih akrab dan hangat dapat mengurangi kecenderungan problem perilaku jahat kepada orang lain,” ujarnya.

Jika hal tersebut tak juga mengubah perilaku anak, Nina lantas mengimbau agar orang tua mengajak anak berkonsultasi dengan psikolog klinis anak dan remaja agar mendapat penanganan lebih intensif.

“Ini sangat membantu agar perubahan pada anak bisa bertahan lebih lama dan ke arah yang lebih positif,” tuturnya.

Berita terkait

Tak Hanya di STIP Jakarta, Kasus Kematian Mahasiswa Dianiaya Senior Terjadi di Beberapa Kampus Ini

2 jam lalu

Tak Hanya di STIP Jakarta, Kasus Kematian Mahasiswa Dianiaya Senior Terjadi di Beberapa Kampus Ini

Selain di STIP Jakarta, berikut beberapa kasus kematian mahasiswa yang dianiaya seniornya di kampus.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

3 jam lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

5 Fakta Kematian Mahasiswa STIP Jakarta yang Dianiaya Senior

3 jam lalu

5 Fakta Kematian Mahasiswa STIP Jakarta yang Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Jakarta dengan pangkat taruna tingkat satu meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Berikut sederet faktanya.

Baca Selengkapnya

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

2 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

Tersangka kasus mayat dalam koper di Bali berupaya menghilangkan barang bukti.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

2 hari lalu

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

Selain di Bekasi, kasus pembunuhan mayat dalam koper juga terjadi di Kuta, Bali

Baca Selengkapnya

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

2 hari lalu

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

2 hari lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

Tarsum mengakui telah membunuh dan memutilasi istrinya sendiri

Baca Selengkapnya

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

2 hari lalu

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

Seorang ayah di Bekasi berinsial N, 61 tahun, menghantam anak kandungnya sendiri berinisial C, 35 tahun menggunakan linggis hingga tewas.

Baca Selengkapnya

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

2 hari lalu

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

Polres Ciamis Jawa Barat, belum dapat memastikan motif pembunuhan dan mutilasi oleh suami ke istri di Dusun Sindangjaya.

Baca Selengkapnya

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

3 hari lalu

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.

Baca Selengkapnya