Djoko Santoso Meninggal, Ini Bentuk Penanganan Pendarahan Otak

Reporter

Sehatq.com

Editor

Mitra Tarigan

Minggu, 10 Mei 2020 16:35 WIB

Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso (kanan) melakukan salam hormat kepada Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu (kiri) saat menghadiri Silaturahmi Purnawirawan TNI di gedung Jenderal A.H Nasution, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin, 29 Juli 2019. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Jenderal (Purnawirawan) Djoko Santoso pukul 06.30 meninggal pada Ahad 10 Mei 2020. Djoko memang menderita pendarahan otak sehingga dioperasi di RSPAD Gatot Subroto pada 3 Mei 2020. "Benar kemarin operasi karena terjadi pendarahan," ujar politikus Partai Gerindra Habiburokhman saat dikonfirmasi Tempo pada 4 Mei 2020.

Djoko Santoso menjadi Panglima TNI sejak Desember 2007 hingga September 2010 tersebut aktif terlibat di dunia politik bersama Gerindra mulai 2015 setelah dia pensiun. Djoko juga pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) dan Ketua Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Pendarahan otak dapat dikategorikan sebagai sejenis stroke. Aarteri di otak yang mengalami kebocoran dan menyebabkan pendarahan lokal di jaringan sekitarnya. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, pendarahan otak ini dapat membunuh sel-sel otak.

Ketika darah dari trauma mengiritasi jaringan otak, akan terjadi pembengkakan jaringan otak yang dikenal dengan sebutan edema serebral. Darah yang mengumpul akan membentuk gumpalan yang disebut hematoma.

Kondisi ini dapat meningkatkan tekanan pada jaringan otak di dekatnya, sehingga akan mengurangi aliran darah vital dan membunuh sel-sel otak. Pendarahan otak ini dapat terjadi di dalam otak, antara otak dan selaput yang menutupinya, di antara lapisan penutup otak atau di antara tengkorak dan penutup otak.

Saat menangani pasien dengan pendarahan otak, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui bagian otak mana yang terpengaruh berdasarkan gejala yang dirasakan. Dokter juga akan melakukan berbagai tes pengambilan gambar, seperti CT scan, yang dapat memperlihatkan pendarahan internal atau akumulasi darah, dan MRI. Selain itu, pemeriksaan neurologis atau pemeriksaan mata juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembengkakan saraf optik yang terjadi.

Advertising
Advertising

Perawatan untuk pendarahan di otak juga beragam tergantung pada lokasi, penyebab, dan luasnya pendarahan. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi pembengkakan dan menghentikan pendarahan. Obat-obatan tertentu juga akan diresepkan, seperti penghilang rasa sakit, kortikosteroid, atau diuretik untuk mengurangi pembengkakan, dan antikonvulsan untuk mengendalikan kejang.

Ingat, waspadalah setiap kali Anda melakukan aktivitas fisik yang berat untuk menghindari cedera yang berbahaya untuk kesehatan dan keselamatan diri. Selain itu, jaga pula gaya hidup sehat untuk menghindari terjadinya serangan pendarahan otak mendadak.

SEHATQ

Berita terkait

Penyebab dan Gejala Penyakit Hemofilia yang Perlu Diketahui

2 hari lalu

Penyebab dan Gejala Penyakit Hemofilia yang Perlu Diketahui

Hemofilia merupakan penyakit kelaianan pada fungsi pembekuan darah. Sebagian besar penyebabnya terjadi karena keturunan.

Baca Selengkapnya

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

6 hari lalu

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

Seorang pelapor yang menuduh pemasok Boeing mengabaikan cacat produksi 737 MAX telah meninggal dunia

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

7 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

13 hari lalu

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan aktivis pro demokrasi, Tumbu Saraswati, wafat di ICU RS Fatmawati Jakarta pada Kamis

Baca Selengkapnya

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

14 hari lalu

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

Bedakan memar biasa dengan hematoma, yang biasanya lebih serius karena melibatkan lebih banyak darah dan pulih lebih lama.

Baca Selengkapnya

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Dimakamkan di Tapos Bogor Siang Ini

14 hari lalu

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Dimakamkan di Tapos Bogor Siang Ini

Mooryati Soedibyo meninggal dalam usia 96 tahun dan saat ini disemayamkan di rumah duka di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

14 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya

O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

27 hari lalu

O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

Bintang NFL sekaligus aktor, O.J. Simpson meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam usia 76 tahun.

Baca Selengkapnya

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Api Gedung YLBHI Punya Riwayat Penyakit Dalam

29 hari lalu

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Api Gedung YLBHI Punya Riwayat Penyakit Dalam

Kadis Gulkarma DKI Jakarta Satriadi Gunawan, menceritakan kronologi tewasnya petugas pemadam kebakaran di YLBHI, Samsul Triatmoko.

Baca Selengkapnya

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Gedung YLBHI, Kadis Gulkarmat: Bukan Akibat Terbakar

29 hari lalu

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Gedung YLBHI, Kadis Gulkarmat: Bukan Akibat Terbakar

Petugas pemadam kebakaran meninggal seusai memadamkan api di Gedung YLBHI bukan karena kena asap.

Baca Selengkapnya