4 Alasan Mengapa Mie Instan Tidak Baik untuk Kesehatan

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Sabtu, 11 Juni 2022 10:16 WIB

mie instant. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Mie instan adalah jenis mie yang sudah melalui proses pemasakan terlebih dahulu yang kemudian dijual dalam kemasan. Namun makanan ini dianggap berbahaya karena mengandung beberapa zat yang kurang menyehatkan.

Mie instan umumnya terbuat dari tepung, garam, dan minyak kelapa sawit. Sebagian besar jenis mie instan cenderung rendah kalori, serat, dan protein, dan mengandung tinggi lemak, karbohidrat, natrium, dan mikronutrien tertentu.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa terlalu sering mengonsumsi mie instan berkaitan dengan buruknya kualitas makanan yang dikonsumsi. Dilansir dari Parkway East, terlalu sering makan mie instan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan karena kandungan gizinya sedikit.

Berikut kandungan gizi rata-rata mie instan dalam 1 porsi (43 gram):

- Kalori: 385 kkal
- Karbohidrat: 55,7 gram
- Total lemak: 14,5 gram
- Lemak jenuh: 6,5 gram
- Protein: 7,9 gram
- Serat: 2 gram
- Natrium: 986 mg
- Tiamin: 0,6 mg
- Niasin: 4,6 mg
- Riboflavin: 0,4 mg

Advertising
Advertising

Melansir dari Healthline, berikut ini beberapa alasan mengapa mie instan tidak baik untuk kesehatan:

1. Tinggi Natrium

Mie instan bisa mengandung natrium antara ratusan hingga ribuan miligram per 100 gram porsinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan natrium yang tinggi memiliki efek negatif pada orang-orang tertentu yang dianggap sensitif terhadap garam.

Tinggi natrium dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Kandungan ini sangat berisiko bagi seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi. Selain itu, tinggi natrium juga dikaitkan dengan beberapa risiko penyakit seperti risiko kanker perut, penyakit jantung, dan stroke.

2. Mengandung MSG

Kebanyakan mie instan mengandung bahan tambahan yang dikenal sebagai monosodium glutamat (MSG). Kandungan ini digunakan untuk meningkatkan rasa pada makanan olahan.

Meski MSG dinyatakan aman dikonsumsi, beberapa penelitian menyebutkan mengonsumsi MSG dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, seperti penambahan berat badan, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan mual.

3. Rendah serat dan protein

Makan mie instan yang rendah serat dan protein dapat berpotensi meningkatkan berat badan. Satu porsi mie instan kemungkinan besar tidak akan mengurangi rasa lapar atau kenyang. Padahal protein telah terbukti meningkatkan perasaan kenyang dan mengurangi rasa lapar, menjadikannya zat yang berguna dalam menjaga berat badan.

4. Menurunkan kualitas pola makan

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mengonsumsi mie instan secara teratur dapat dikaitkan dengan kualitas pola makan yang buruk secara keseluruhan. Hal ini karena mie instan tidak mengandung beberapa zat seperti protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin, dan vitamin A.

WINDA OKTAVIA

Baca juga: Mi Instan Boleh untuk Anak tapi Ada Syaratnya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

5 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Diet Mediterania Baik untuk Penderita Asam Urat, Apa yang Boleh Disantap?

6 hari lalu

Diet Mediterania Baik untuk Penderita Asam Urat, Apa yang Boleh Disantap?

Penderita asam urat perlu menjaga jenis dan pola makan agar tetap sehat. Diet Mediterania disebut baik untuk penderita kadar asam urat.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

11 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

11 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

11 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

12 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya