Waspada Subvarian Omicron EU.1.1, Penyebab Kasus Covid-19 Melonjak di Amerika Serikat dan Eropa

Selasa, 4 Juli 2023 08:23 WIB

Petugas menyuntikan vaksin COVID-19 di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu, 13 Juli 2022. Data Satgas COVID-19 menyatakan hingga Rabu 13 Juli pukul 12.00 WIB penduduk Indonesia yang sudah menjalani vaksinasi dosis ketiga bertambah 166.302 sehingga total menjadi 52.214.963 orang. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Status darurat Covid-19 atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) telah resmi dicabut WHO pada 5 Mei 2023. Pencabutan tersebut diumumkan pada acara pertemuan ke-15 Komite Darurat IHR mengenai pandemi Covid-19.

Selama pembahasan tersebut, WHO memiliki alasan untuk mencabut status kedaruratan. Penurunan rawat inap dan penurunan tingkat kematian menjadi alasan dicabutnya status darurat terhadap Covid-19. Namun, walaupun status kedaruratan Covid-19 telah dihapus, bukan berarti negara di dunia sudah aman dari virus tersebut.

Baru-baru ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan subvarian omicron baru, yaitu EU.1.1. EU.1.1 pertama kali ditemukan oleh para ilmuwan ketika beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat mengalami kenaikan Covid-19.

Mengutip Cbsnews, varian tersebut adalah keturunan dari XBB.1.5 yang melonjak pada awal tahun. Selain itu, CDC memperkirakan bahwa EU.1.1 sudah menyumbang 1,7 persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Bukan hanya itu, sebesar 8,7 persen kasus varian EU.1.1 telah mencakup beberapa wilayah, seperti Utah, Montana, Dakota, Colorado, dan Wyoming.

Utah menjadi salah satu daerah yang memiliki banyak kasus Covid-19 dengan varian EU.1.1. Banyak rumah sakit dan kunjungan gawat darurat yang menerima laporan penyakit dengan varian tersebut.Laboratorium di Utah telah meneliti infeksi EU 1.1 yang terjadi di banyak negara dan membandingkannya. Laboratorium tersebut melaporkan adanya 100 kasus EU.1.1 ke basis data virus global.

Advertising
Advertising

Walaupun varian EU.1.1 sudah menyebabkan banyak lonjakan Covid-19 di beberapa negara, menurut para ilmuwan, masih terlalu dini untuk mengetahui gejalanya pada orang yang terinfeksi. Rajendram Rajnarayanan dari New York Institute of Technology dan Arkansas State University menganggap bahwa EU.1.1 memiliki kemungkinan untuk lebih menular kepada manusia dibandingkan dengan induknya, XBB.1.5.

Kemudian, Marc Johnson dari University of Missouri School of Medicine mengatakan bahwa EU.1.1 tidak menunjukkan adanya tanda bahaya. Varian tersebut memiliki dua perubahan asam amino dari XBB.1.5.

Sementara itu, induk dari EU.1.1, XBB.1.5 masih menjadi varian yang mendominasi Covid-19 di Amerika Serikat. Menurut CDC, kasus dari semua varian Covid-19 telah menurun menjadi 27 persen. Selain itu, XBB.1.6 menyumbang 19,9 persen kasus dan XBB.1.9.2 menyumbang 13 persen.

Melansir dari Webmdb.com, Food and Drug Administration (FDA) telah mengumumkan bahwa vaksin Covid-19 berikutnya harus menargetkan varian XBB. Selain itu, FDA juga menyarankan produsen untuk merencanakan vaksinasi pada waktu musim gugur.

Pilihan Editor: Kemenkes Sebut Fatalitas Omicron XBB Tak Lebih Parah dari Varian Omicron

Berita terkait

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

2 jam lalu

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 11 Mei 2024 diawali oleh tanggapan Dubes Palestina Zuhair Al-Shun soal perdagangan antara Indonesia-Israel

Baca Selengkapnya

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

12 jam lalu

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

Anggota DPR AS dari Partai Republik, Cory Mills, pada Jumat mengatakan telah mengajukan pasal pemakzulan terhadap Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Australia dan Selandia Baru Dukung Palestina dalam Keanggotan Penuh PBB

13 jam lalu

Australia dan Selandia Baru Dukung Palestina dalam Keanggotan Penuh PBB

Australia dan Selandia Baru pada Jumat bergabung dengan 141 negara lain untuk mendukung negara Palestina dalam pemungutan suara keanggotaan PBB

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa bagi Palestina di PBB

15 jam lalu

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa bagi Palestina di PBB

Indonesia mendorong pemberian hak-hak istimewa bagi Palestina dalam Sidang Darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

18 jam lalu

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Dubes Cina untuk PBB Fu Cong mendesak Amerika Serikat untuk tidak menghalangi proses keanggotaan penuh Palestina di PBB yang didukung Majelis Umum

Baca Selengkapnya

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

19 jam lalu

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

Jaksa menuntut pria yang masuk ke rumah mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan menyerang suaminya dengan palu harus menjalani hukuman 40 tahun penjara.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tahan Pengiriman Amunisi ke Israel, Cegah Tragedi Rafah atau Sekadar Peninjauan?

20 jam lalu

Amerika Serikat Tahan Pengiriman Amunisi ke Israel, Cegah Tragedi Rafah atau Sekadar Peninjauan?

Menhan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan pada hari Rabu, bahwa terkait Rafah, AS meninjau beberapa pengiriman senjata jangka pendek ke Israel.

Baca Selengkapnya

Tantrum, Dubes Israel untuk PBB Hancurkan Piagam PBB dalam Sidang Majelis Umum

21 jam lalu

Tantrum, Dubes Israel untuk PBB Hancurkan Piagam PBB dalam Sidang Majelis Umum

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan merobek salinan Piagam PBB untuk memprotes pemungutan suara yang mendukung keanggotaan penuh Palestina

Baca Selengkapnya

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

23 jam lalu

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

Pemerintahan Joe Biden mengakui bahwa Israel kemungkinan menggunakan senjata yang disediakan AS tak sesuai hukum kemanusiaan di Gaza

Baca Selengkapnya

143 Negara Dukung Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

23 jam lalu

143 Negara Dukung Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

143 negara memberikan suara setuju untuk keanggotaan penuh Palestina di PBB, sembilan negara menolak, termasuk AS, Israel, dan 25 negara abstain.

Baca Selengkapnya