Penyakit Asma Jadi Salah Satu Dampak Perubahan Iklim

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 18 Juli 2023 23:45 WIB

Ilustrasi serangan asma. shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim tentunya memberikan banyak dampak buruk pada kehidupan manusia. Selama ini yang cukup banyak digaungkan adalah dampak panas bumi yang semakin meningkat. Namun sebenarnya dampak masalah perubahan iklim itu jauh lebih banyak. Dari segi kesehatan, salah satu penyakit yang diprediksi akan meningkat adalah penyakit pernapasan seperti asma.

Pemanasan global menyebabkan polusi udara dan gas berbahaya lain terperangkap di dalam bumi. Hal ini bisa membuatnya mudah terhirup oleh manusia dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit pernapasan, seperti asma. Seperti dilansir situs Alodokter.com, anak-anak adalah kelompok paling rentan terkena dampak dari pemanasan global. Selain itu, polusi udara akibat pemanasan global juga dapat merusak fungsi dan menghambat pertumbuhan paru-paru anak.

Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia, Hoerry Satrio menyetujui hal itu. Ia pun meyakini penyakit asma bisa saja meningkat dengan semakin buruknya kualitas udara akibat perubahan iklim. Hal itu ditambah dengan semakin sedikitnya hutan di bumi. "Hutan itu paru-paru bumi. Tanpa hutan, kita tidak bisa menyerap emisi di udara. Kita perlu reboisasi dan hidupkan area yang sudah gundul," katanya dalam konferensi pers Akselerasi Transisi Menuju Nol Emisi untuk Sektor Kesehatan yang Berkelanjutan pada 17 Juli 2023 di Jakarta.

Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Mochamad Saleh Nugrahadi mengatakan sebenarnya pemerintah sudah banyak membuat kebijakan dalam atasi perubahan iklim. "Vocal poinnya ada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tapi isu lain (tentang perubahan iklim) juga kita bahas," kata Saleh.

Pemerintah, kata Saleh, ikut melakukan monitoring dan evaluasi atas kebijakan di level teknis. Selain itu timnya pun mendorong level Internasional, salah satunya aliansi pendanaan global, untuk membantu mengatasi perubahan iklim di Indonesia. "Targetnya bebas emisi karbon pada 2030," katanya.

Advertising
Advertising

Lia Atmadjadja, Moderator; Hoerry Satrio, Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia; Mochamad Saleh Nugrahadi, S.Si., M.Sc., Ph.D, Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ; dan Dr. I Gusti Ayu Andani, S.T., M.T., Dosen Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) pada konferensi pers 17 Juli 2023 di Jakarta/Astrazeneca

Saleh juga mengajak semua pihak untuk ikut memberikan dukungan dan peran aktif dalam mengatasi perubahan iklim. "Ini bukan upaya pemerintah sendiri, tapi semua pihak seperti swasta dan termasuk upaya internasional," katanya.

Hoerry Satrio mengatakan timnya ikut dalam upaya mengurangi emisi dan memulihkan alam untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia dan Indonesia . Timnya pun ikut menginvestasikan AS$ 400 juta dolar untuk menanam dan memelihara 200 juta pohon di seluruh dunia hingga tahun 2030. Melalui AZ Forest, ia dan tim bekerja dengan komunitas lokal dan pakar ekologi dalam upaya penghijauan skala besar, pelestarian keanekaragaman hayati dan mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan di daerah aliran sungai Citarum. "Sejak awal kemitraan, program AZ Forest telah menanam lebih dari 4 juta pohon di Indonesia dan memberikan dampak pada sekitar 20.000 keluarga petani pada 240 desa di Jawa Barat," katanya.

AZ Forest adalah program AstraZeneca untuk menanam dan memelihara 200 juta pohon hingga tahun 2030, bekerja sama dengan para ahli dan komunitas lokal. Proyek AZ Forest mendukung kesehatan planet dan manusia dengan manfaat sosial-ekonomi yang signifikan dan merupakan bagian dari strategi nol karbon berbasis ilmiah AstraZeneca, Ambition Zero Carbon.

Timn Hoerry membantu penanaman pohon dan juga tanaman buah-buahan seperti jengkol, petai, durian. Harapannya, hasil dari berbagai tanaman itu juga bisa membantu perekonomian petani.

Daerah Sungai Citarum dipilih karena menjadi salah satu sungai yang sangat kotor. "Salah satu isu yang membuat Sungai Citarum jelek adalah kondisi lahan yang kritis. Ada sekitar 180 hektar daerah yang gundul di daerah itu," kata Saleh

Dosen Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung, I Gusti Ayu Andani berharap semakin banyak perusahaan swasta atau industri lain yang ikut melakukan aksi penanaman pohon kembali. Tidak hanya itu, masyarakat pun diharapkan bisa ikut melakukan aksi.

Andani pun menekankan pentingnya mengatasi krisis iklim. Setiap individu bisa melakukan langkah-langkah kecil seperti menggunakan produk yang lebih ramah lingkungan, beralih ke kendaraan listrik, menggunakan transportasi umum, hingga membiasakan bersepeda atau berjalan kaki alih-alih menggunakan kendaraan jika ingin bepergian jarak dekat.

Kemudian, mulai biasakan memilah sampah, mengurangi plastik, menggunakan sedotan yang terbuat dari logam atau bambu, dan menjalani gaya hidup minimalis dengan bijak mengatur pengeluaran terutama ketika berbelanja fast fashion. "Atau kalau mau bangun rumah, sirkulasinya diperbaiki sehingga kita tidak perlu menggunakan AC terus menerus," kata Andani menambahkan.

Selain itu, menurut Andani, sistem bekerja dari rumah (work from home/WFH) juga sebetulnya dapat menjadi budaya yang baik untuk mengendalikan krisis iklim, sebab dapat mengurangi polusi dan kemacetan.

Pilihan Editor: Peneliti MIT Temukan Warna Laut Berubah sebagai Dampak Perubahan Iklim

Berita terkait

Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Trombositopenia, Apa Itu?

1 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Trombositopenia, Apa Itu?

Perusahaan farmasi AstraZeneca akui ada efek samping langka, yaitu Trombositopenia.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

2 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

2 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

Pakar menyarankan agar vaksinasi tetap dijalankan namun dengan menggunakan jenis lain jika masyarakat ragu pada vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

3 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 Karena Surplus

3 hari lalu

AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 Karena Surplus

AstraZeneca menyatakan dengan banyaknya varian vaksin Covid-19 yang sudah diproduksi, maka terdapat surplus dari vaksin-vaksin yang tersedia

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

4 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

5 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

7 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

7 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya