Saran Dokter Paru bila Kualitas Udara Buruk

Reporter

Antara

Senin, 31 Juli 2023 21:16 WIB

Ilustrasi polusi udara (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis paru Erlina Burhan menyebut kualitas udara buruk di Jakarta juga dapat berdampak jelek pada kesehatan paru. Sejumlah penyakit seperti infeksi saluran pernapasan dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) lebih rentan terjadi saat kualitas udara buruk

"Bagi yang sudah memiliki riwayat asma, kualitas udara yang buruk bisa menjadi pemicu asma kambuh lagi," katanya.

Karena itu, dia mengimbau masyarakat tidak ke luar rumah jika tidak terlalu perlu, terutama saat kualitas udara sedang buruk, yang dapat dicek sewaktu-waktu melalui internet. Selain itu, dia juga meminta masyarakat tetap memakai masker untuk meminimalisasi dampak buruk polusi udara.

"Kita tidak dapat melarang orang lain maka kita juga perlu menjaga diri sendiri," tutur dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta tersebut.

Menurutnya, dengan membiasakan diri menggunakan transportasi publik dapat memperbaiki kualitas udara menjadi lebih layak lagi. "Seharusnya dengan transportasi publik yang bagus dan prima orang akan beralih, jadi tidak pakai transportasi sendiri," ujarnya.

Advertising
Advertising

Dengan berkurangnya jumlah kendaraan pribadi, Erlina mengatakan polusi udara juga akan berkurang. Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan polusi yang diciptakan oleh industri.

"Barangkali kondisinya sekarang ada motor roda dua, kita tidak bisa melihat ini bagus atau tidak. Maka uji emisi juga harus lebih rutin digalakkan," tegasnya.

Waspadai long COVID
Erlina juga mengimbau untuk mewaspadai kondisi pasca-COVID-19 atau yang dikenal sebagai long COVID."Long COVID benar adanya. Sampai saat ini banyak pasien saya yang datang mengeluhkan gejala tersebut," katanya.

Ia mengatakan gejala long COVID merupakan hal yang tak terduga dan hingga kini masih dipelajari cara mengatasinya. Meski demikian, dia menyebut para dokter telah mengetahui gejala itu dapat diobati secara multidisiplin karena gejalanya berbeda-beda. Dia mengungkapkan gejala yang biasanya dialami beragam, seperti sesak, nyeri dada, pusing, dan perasaan lupa tiba-tiba.

"Sampai sekarang masih diteliti, hal apa yang bisa meminimalisir long COVID," ujarnya.

Dia menjelaskan kondisi long COVID memiliki waktu pengobatan yang berbeda-beda. "Berdasarkan literatur, ada yang tiga bulan, enam bulan, bahkan hingga satu tahun. Ada yang ringan tapi hanya satu atau dua orang," tuturnya.

Dia menyebutkan kondisi long COVID lebih rentan terjadi pada pasien yang memiliki komorbid, lansia, atau penyintas COVID-19 yang memiliki gejala berat sebelumnya. Menurutnya, vaksinasi COVID-19 yang tidak lengkap memiliki kaitan dengan gejala long COVID meski secara tidak langsung.

"Adanya vaksin bisa membuat serangan COVID-19 menjadi tidak berat maka berarti ada hubungan tidak langsung," tandasnya.

Pilihan Editor: Awas, Memasak Terlalu Lama Sebabkan Polusi Udara

Berita terkait

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

41 menit lalu

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

Jakarta hanya satu level di bawah Delhi (India).

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

7 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

7 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

9 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

10 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

10 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

10 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

15 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

16 hari lalu

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

Jakarta, Medan, dan Makassar masuk dalam daftar survei Smart City Index 2024.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

20 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya