DBD Berhubungan Fenomena El Nino, Ini 3 Intervensi yang Bisa Dilakukan

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 25 Desember 2023 17:17 WIB

Ilustrasi vaksin DBD (demam berdarah). Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Musim hujan sangat dekat kaitannya dengan fenomena demam berdarah dengue. Genangan air hujan di berbagai tempat bisa menjadi salah satu faktor merebaknya penyakit dari nyamuk itu. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan tahun 2023, merupakan siklus 5 tahunan DBD. “Tiap lima tahun ada lonjakan kasus dengue, berkaitan dengan fenomena El Nino. Sejak kita mendapat info dari BMKG mngnai El Nino kita langsung melakukan mitigasi untuk pencegahan DBD, dan hasilnya cukup memuaskan,” katanya dalam diskusi pada pertengahan Desember 2023 di Jakarta.

Hal ini terlihat dari penurunan kasus dengue dibandingkan tahun lalu. Pada 2022, tercatat ada 143.000 kasus dan 1.236 kematian, sedangkan tahun ini hanya terjadi 85.900 kasus dan 683 kematian.

Imran mengatakan secara garis besar, ada 3 intervensi yang dilakukan untuk menekan penyakit demam berdarah dengue ini. "Yaitu intrvensi pada lingkungan, intervensi pada vektor (nyamuk), dan intervensi pada manusia," katanya.

Intervensi pada lingkungan bisa dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk. Intervensi pada manusia bisa dilakukan dengan melakukan vaksinasi DBD atau mengenakan baju lengan panjang di daerah endemis dengue. Terakhir, ,intervensi pada vektor misalnya menggunakan zat kimia seperti abate untuk larvasida, dan fogging atau obat semprot sebagai insektisida. “Intervensi vektor yang ketiga yaitu dengan teknologi nyamuk ber-Wolbachia,” kata Imran.

Ia menjelaskan, telah terbukti bahwa penyebaran nyamuk A. aegypti ber-Wolbachia memberikan dampak positif bagi penurunan kasus dengue.

Teknologi Nyamuk Ber-Wolbachia

Advertising
Advertising

Pilot project nyamuk ber-Wolbachia dilakukan di Yogyakarta. “Sebelum kami melakukan penelitian tersebut dalam skala besar, kami lakukan dulu pengkajian selama enam bulan yang melibatkan 20 ahli dari berbagai bidang. Termasuk di antaranya bidang virologi, mikrobiologi, ahli serangga, ahli biodiversitas, dokter anak, psikologi, hingga ilmu sosial,” kata Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan UGM Riris Andono Ahmad.

Berdasarkan literature review dan kajian lain, disimpulkan bahwa kemungkinan risiko yang bisa terjadi adalah yang paling rendah, yang biasa kita temukan sehari-hari dan bisa diabaikan. Nyamuk ber-Wolbachia bukanlah rekayasa genetika. “Untuk menyangkal hal ini, kita bisa merujuk dari berbagai website resmi. Misalnya CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika), mereka secara tegas menyatakan bahwa nyamuk ini bukanlah nyamuk rekayasa genetika. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) juga menjelaskan dengan tegas bahwa pada nyamuk, ada dua macam teknologi: nyamuk yang diinfeksi dan genetic-modified mosquito,” kata Doni, sapaan Riris.

Wolbachia adalah bakteri alami yang biasa hidup dalam tubuh serangga. “Wolbachia tidak mengubah karakter nyamuk. Tidak ada perbedaan bermakna antara nyamuk ber-Wolbachia di wilayah intervensi dengan nyamuk alami di wilayah kontrol,” terang kata Doni.

Ia pun mengatakan nyamuk ber-Wolbachia juga tidak merusak lingkungan. “Tidak terbukti bahwa pelepasan nyamuk ber-Wolbachia meningkatkan populasi nyamuk cullex,” katanya.

Sebaliknya, pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta terbukti menurunkan insiden demam berdarah dengue hingga 77 persen dan menurunkan kejadian rawat inap di RS hingga 86 persen. Rata-rata angka demam berdarah dengue nasional pun menurun drastis dibandingkan 30 tahun lalu. “Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Setelah pelepasan nyamuk ber-Wolbachia, fogging turun hingga 85 persen. Ini sangat menggembirakan karena anggaran fogging bisa dialokasikan ke pengendalian penyakit lain,” ujar Doni.

Studi di beberapa negara lain juga menemukan bahwa nyamuk ber-Wolbachia efektif menekan angka kejadian demam berdarah dengue. Selain itu, nyamuk ber-Wolbachia memberikan proteksi jangka panjang.

Sayangnya, masih ada kekhawatiran pada sebagian masyarakat mengenai nyamuk ber-Wolbachia. Terkait hal ini, dosen FKM UI dan Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan menegaskan, keputusan yang diambil oleh pembuat kebijakan haruslah berdasarkan data dan bukti ilmiah, bukan opini. Berbagai penelitian yang membuktikan manfaat dan keamanan nyamuk ber-Wolbachia selayaknya dijadikan landasan untuk melanjutkan pilot project ini ke kota-kota berikutnya.

Menurutnya, dengue termasuk salah satu neglected disease atau penyakit yang terabaikan. Padahal DBD masih menjadi masalah besar di Indonesia. “Kita punya target untuk menurunkan case fatality rate. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencapainya yaitu dengan modifikasi vektor dengue, yaitu dengan nyamuk ber-Wolbachia,” katanya.

Upaya ini sejalan dengan strategi nomor 6 terkait, penurunan penyakit yang meliputi pengembangan kajian, penelitian, dan inovasi. Ia menegaskan, hal ini idealnya diimbangi dengan strategi komunikasi yang baik sehingga tidak terjadi disinformasi di masyarakat. “Jangan heboh duluan di media sosial oleh orang-orang yang tidak punya basis data, padahal kita ingin bahwa setiap keputusan berbasis studi epidemiologi,” kata Ede.

Pilihan Editor: Begini Ciri Nyamuk Demam Berdarah, Antisipasi Gejala DBD

Berita terkait

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

3 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

5 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

7 hari lalu

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

Ada berbagai cerita di tengah pelaksanaan UTBK SNBT di UNJ, diantaranya ada peserta yang sakit DBD.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

8 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

10 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

12 hari lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

12 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

16 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

16 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

18 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya