Perlunya Deteksi Dini untuk Perlambat Perkembangan Glaukoma

Reporter

Antara

Jumat, 15 Maret 2024 21:18 WIB

Ilustrasi pemeriksaan mata. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis mata dari Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, Elsa Gustianty, mengatakan deteksi dini penting untuk mencegah glaukoma tidak semakin parah. Pasalnya, pada tipe tertentu tidak ada gejala di awal dan glaukoma tidak dapat diobati.

"Kenapa glaukoma itu banyak sekali menyebabkan kebutaan? Karena di fase awalnya tidak bergejala sehingga orang tidak memeriksakan ke dokter. Mereka tidak aware bahwa mereka itu sakit. Mereka datang pada saat sudah terlambat, lapang pandangnya sudah menyempit seperti melihat dari lubang kunci," katanya dalam bincang "Cegah Kebutaan Akibat Glaukoma" yang disiarkan Kementerian Kesehatan, Jumat, 15 Maret 2024.

Pada glaukoma terbuka awalnya memang tidak ada gejala. Namun pada glaukoma tertutup, gejala yang sering dialami adalah sering pusing dan sakit kepala, termasuk saat banyak membaca atau beraktivitas jarak dekat di tempat gelap. Ia mengatakan tipe glaukoma yang sering ditemukan di Indonesia adalah glaukoma sudut tertutup. Sudut itu adalah sudut bilik mata bagian depan di mana air dalam mata dikeluarkan.

Sementara pada glaukoma akut, tekanan bola mata pada penderita tiba-tiba naik mendadak sehingga mata terasa sakit yang hebat. Biasanya, satu mata berwarna merah dan pandangan langsung buram.

"Sakitnya itu luar biasa sampai bisa mual muntah. Seringnya orang itu salah datang ke emergency, dipikir ini sakit maag atau tumor otak atau apa, tapi salah satunya bisa karena glaukoma serangan akut tadi," paparnya.

Kronis dan progresif
Secara global, 80 juta orang mengidap kondisi itu. Di Indonesia, glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua. Yang pertama adalah katarak. Menurut Elsa, risiko glaukoma meningkat seiring bertambahnya usia. Satu dari 200 orang berusia 40 tahun ke atas mengalami glaukoma dan peluang terkena meningkat ketika bertambah tua, yaitu satu dari delapan ketika berusia 80 tahun.

Advertising
Advertising

Selain itu, apabila ada anggota keluarga yang punya glaukoma maka risiko mengidap menjadi 10 kali lipat. Dia menyarankan yang berumur 40-60 tahun untuk memeriksakan diri sekali dalam 2-3 tahun dan di atas 60 tahun harus periksa setiap tahun.

Glaukoma adalah penyakit yang sifatnya kronis dan progresif, yang merupakan bagian dari penyakit degeneratif pada saraf mata. Dia menuturkan glaukoma dapat menyerang siapa saja namun tidak dapat diobati karena kondisi tersebut adalah efek proses degeneratif, layaknya rambut yang memutih.

Dia menjelaskan seiring bertambahnya usia akan ada saraf-saraf yang mati. Pada glaukoma, tekanan di mata disebabkan air yang tidak dapat disirkulasikan mata ke pembuluh darah. Karena produksi air berlebih, kemudian ditambah hambatan di penyaluran itu, maka salurannya terhambat. Hambatan tersebut meningkatkan cairan pada mata, hingga akhirnya menekan saraf-saraf serta pembuluh darah di belakang mata hingga akhirnya saraf-saraf itu mati perlahan.

Dia menyebut saraf memiliki keunikan sendiri sehingga ketika ada satu yang mati maka di sekitarnya juga ikut mati. Karena itu, glaukoma bersifat progresif.

Pilihan Editor: 7 Mitos soal Glaukoma dan Faktanya

Berita terkait

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

11 hari lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Tips Kontrol Diabetes untuk Hindari Gangguan Penglihatan

19 hari lalu

Tips Kontrol Diabetes untuk Hindari Gangguan Penglihatan

Spesialis mata membagi tips mengontrol diabetes demi menghindari gangguan penglihatan dengan cara paling utama dan sederhana.

Baca Selengkapnya

Waspada, Reaksi Kimia pada Petasan Bisa Akibatkan Kebutaan

29 hari lalu

Waspada, Reaksi Kimia pada Petasan Bisa Akibatkan Kebutaan

Reaksi kimia akibat petasan bisa akibatkan robekan kelopak atau bola mata, luka bakar mata atau wajah, pengikisan kornea mata hingga kebutaan.

Baca Selengkapnya

3 Mitos Terkait Gerhana Matahari dan Penglihatan serta Faktanya

32 hari lalu

3 Mitos Terkait Gerhana Matahari dan Penglihatan serta Faktanya

Berikut tiga mitos terkait gerhana matahari dan penglihatan serta faktanya. Lindungi selalu mata saat menontonnnya.

Baca Selengkapnya

Benarkah Gerhana Matahari Bisa Sebabkan Kebutaan? Dokter Mata Beri Penjelasan dan Saran

33 hari lalu

Benarkah Gerhana Matahari Bisa Sebabkan Kebutaan? Dokter Mata Beri Penjelasan dan Saran

Gerhana matahari memang menakjubkan sekaligus berbahaya dan semua orang mesti berhati-hati. Sinar matahari sangat kuat dan dapat merusak mata.

Baca Selengkapnya

4 Masalah Mata yang Mulai Mengganggu di Usia 40-an

33 hari lalu

4 Masalah Mata yang Mulai Mengganggu di Usia 40-an

Setelah usia mencapai 40-an, risiko masalah mata pun meningkat dan perlu diwaspadai. Berikut empat masalah tersebut.

Baca Selengkapnya

Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

36 hari lalu

Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

Papiledema adalah pembengkakan kepala saraf kedua yang terjadi secara bersamaan antara dua mata. Cek gejalanya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

46 hari lalu

Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

Neuroferritinopathy penyakit genetik yang hanya dimiliki sekitar 100 orang di dunia. Bagaimana gejala dan pengobatannya?

Baca Selengkapnya

Tips Jaga Kesehatan Mata saat Puasa Ramadan

47 hari lalu

Tips Jaga Kesehatan Mata saat Puasa Ramadan

Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mata saat puasa Ramadan agar tak ada masalah serius pada penglihatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Sebut Kaitan Puasa Ramadan dan Upaya Mencegah Glaukoma

48 hari lalu

Guru Besar FKUI Sebut Kaitan Puasa Ramadan dan Upaya Mencegah Glaukoma

Pakar sebut Puasa Ramadan jadi momen tepat menghindari glaukoma dengan mengurangi makanan manis pemicu diabetes.

Baca Selengkapnya