Cegah Penularan Flu Singapura dengan Vaksinasi

Reporter

Antara

Senin, 28 Oktober 2024 20:48 WIB

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo Sp.A(K), mengatakan vaksinasi bisa membantu mencegah serangan penyakit tangan, kaki, dan mulut HFMD, yang juga disebut flu Singapura, pada anak. Vaksin HFMD saat ini sudah tersedia di Indonesia dan dapat dimanfaatkan untuk menekan risiko penularan flu Singapura pada anak.

"Efikasinya di atas 78 persen tapi berapa lama efektivitasnya itu memang masih perlu diteliti. Sama seperti vaksin COVID-19, sampai sekarang juga masih dalam penelitian," kata Edi dalam diskusi daring pada Senin, 28 Oktober 2024.

Vaksin HFMD dapat diberikan kepada anak berusia 6 bulan hingga 3 tahun agar memiliki kekebalan terhadap enterovirus, virus penyebab flu Singapura, termasuk EV71. Pemberian dua dosis vaksin HFMD dengan interval pemberian dosis pertama dan kedua satu bulan dapat membantu melindungi anak dari penularan virus.

Seperti pemberian vaksin yang lain, Edi mengatakan vaksinasi HFMD bisa saja menimbulkan kejadian ikutan pasca-imunisasi seperti demam ringan, nyeri badan, maupun mual pada anak. Di samping pemberian vaksin, ia mengatakan penularan HFMD pada anak dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS.

"Sanitasi ampuh untuk mencegah. Sanitasi diri sendiri dan lingkungan perlu diperbaiki, mulai dari tempat makan, minum. Jangan ada kontak, kalau memang ada yang kena dalam satu keluarga, sebaiknya diisolasi," sarannya.

Advertising
Advertising

Sumber penularan
Kementerian Kesehatan selama triwulan pertama 2024 mencatat 6.500 kasus penyakit tangan, kaki, dan mulut pada anak. Untuk menekan risiko penularan penyakit tersebut, Kemenkes pada pada Mei 2024 mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap peningkatan kasus HFMD. Dalam surat edaran tersebut, kementerian menginstruksikan pemerintah daerah dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan mengantisipasi penularan flu Singapura.

Penyakit tangan, kaki, dan mulut antara lain ditandai demam, munculnya ruam pada kulit, serta benjolan kecil pada telapak kaki dan tangan, kehilangan nafsu makan, nyeri pada tenggorokan, serta lesi pada lidah, gusi, atau bagian dalam mulut lain. Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.

Cairan hidung dan tenggorokan, ludah, cairan dari lepuhan, atau kotoran pasien bisa menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit ini bukan tergolong penyakit berat, dan bisa sembuh dalam waktu 7-10 hari.

Pilihan Editor: Kunci Cegah Flu Singapura, Kebersihan dan Imunitas Tubuh

Berita terkait

Tips Merawat Pasien Flu Singapura di Rumah dari IDAI

6 jam lalu

Tips Merawat Pasien Flu Singapura di Rumah dari IDAI

Berikut tips yang bisa dilakukan pengasuh atau orang tua untuk merawat anak pasien flu Singapura di rumah agar tak menular ke anggota keluarga lain.

Baca Selengkapnya

Lima Tahun Indonesian AID: Kontribusi untuk Diplomasi dan Pembangunan Dunia

10 hari lalu

Lima Tahun Indonesian AID: Kontribusi untuk Diplomasi dan Pembangunan Dunia

Indonesian AID menjadi garda terdepan diplomasi pembangunan Indonesia dengan kontribusi signifikan dalam 5 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

WHO Izinkan Penggunaan Vaksin Cacar Monyet Bavarian Nordic pada Remaja

14 hari lalu

WHO Izinkan Penggunaan Vaksin Cacar Monyet Bavarian Nordic pada Remaja

Usia 12-17 tahun dipertimbangkan sebagai kelompok rentan terpapar penyakit cacar monyet yang memicu kekhawatiran dunia

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Sebut Anak Berkebutuhan Khusus Juga Perlu Imunisasi

19 hari lalu

Guru Besar UGM Sebut Anak Berkebutuhan Khusus Juga Perlu Imunisasi

Imunisasi tetap harus diberikan kepada anak berkebutuhan khusus selama tidak memiliki gangguan medis yang menyertai.

Baca Selengkapnya

Hari Rabies Dunia, WHO dan FAO Menyoroti Perlunya Tindakan Cepat untuk Cegah Kematian Akibat Rabies

31 hari lalu

Hari Rabies Dunia, WHO dan FAO Menyoroti Perlunya Tindakan Cepat untuk Cegah Kematian Akibat Rabies

WHO dan FAO mendorong tindakan di seluruh Indonesia untuk menghentikan kematian akibat rabies pada manusia.

Baca Selengkapnya

Ini Cara Kemenkes Kejar Target Imunisasi Polio, Usia di Bawah 7 Tahun jadi Prioritas

38 hari lalu

Ini Cara Kemenkes Kejar Target Imunisasi Polio, Usia di Bawah 7 Tahun jadi Prioritas

Imunisasi tambahan polio digencarkan. Polio dapat menyebabkan dampak serius, salah satunya kelumpuhan permanen.

Baca Selengkapnya

Kasus DBD Melonjak, Pemberian Vaksin DBD Pertama di Pulau Jawa Digeber di Kabupaten Probolinggo

44 hari lalu

Kasus DBD Melonjak, Pemberian Vaksin DBD Pertama di Pulau Jawa Digeber di Kabupaten Probolinggo

Pemberian vaksin DBD dilakukan bertahap dan bekerja sama dengan PT Bio Farma (Persero) untuk menyasar 1.120 anak di Kabupaten Probolinggo.

Baca Selengkapnya

BPOM Setujui Impor Vaksin Mpox, Sudah Tersedia 2 Ribu Dosis Lebih

45 hari lalu

BPOM Setujui Impor Vaksin Mpox, Sudah Tersedia 2 Ribu Dosis Lebih

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan pemerintah tak hanya mengimpor vaksin itu.

Baca Selengkapnya

Sudah Pernah Terkena DBD, Bisakah Terinfeksi Lagi?

50 hari lalu

Sudah Pernah Terkena DBD, Bisakah Terinfeksi Lagi?

Sebagian orang yang pernah terinfeksi DBD beranggapan mereka sudah kebal, tidak akan terinfeksi lagi. Bagaimana faktanya?

Baca Selengkapnya

Menkes Sebut 88 Penderita Mpox di Indonesia Sembuh, Vaksin dan Alat Periksa Sudah Disebar

53 hari lalu

Menkes Sebut 88 Penderita Mpox di Indonesia Sembuh, Vaksin dan Alat Periksa Sudah Disebar

Menkes Budi Gunadi Sadikin memastikan penderita Mpox atau cacar monyet varian virus clade IIB di Indonesia sudah sembuh 100 persen.

Baca Selengkapnya