Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alasan Pasien Kanker Lansia Tak Dianjurkan Pengobatan Kemoterapi

Reporter

image-gnews
ilustrasi kemoterapi (pixabay.com)
ilustrasi kemoterapi (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker darah adalah kondisi ketika sel darah berubah menjadi abnormal atau ganas. Konsultan hematologi onkologi Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi mengatakan pasien kanker, terutama kanker darah, berusia lanjut tidak dianjurkan melakukan pengobatan dengan kemoterapi sehingga butuh perawatan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya.

"Pada kasus-kasus pasiennya itu sudah berusia 60 tahun ke atas, kita tidak lagi melakukan kemoterapi intensif karena risiko kematian dan kegagalannya tinggi. Pengobatan yang paling penting adalah pengobatan suportif paliatif, seperti transfusi darah kalau sel darah merahnya menurun, kemudian kalau trombositnya turun harus kita tambah supaya tidak terjadi perdarahan," kata Ikhwan dalam gelar wicara daring oleh RSCM, Selasa, 22 Oktober 2024.

Anggota Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Indonesia (Perhompedin) dan Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) itu  menjelaskan sebagian besar kanker darah bermula di sumsum tulang tempat sel darah diproduksi dan terbagi menjadi tiga golongan, yaitu leukemia, limfoma, dan multiple myeloma.

"Selain kanker darah leukemia, ada juga golongan lain yakni limfoma. Tetapi ini kemungkinan bertahan hidupnya lebih baik. Ada juga multiple myeloma, yaitu sel plasma yang berlebih dan dapat menyebabkan leukemia," jelasnya.

Rutin lakukan pengobatan
Ikhwan menyebut kanker darah bersifat sistemik sehingga ketika orang terdeteksi mengidap kanker darah maka sel kanker dapat menyebar dengan cepat ke seluruh bagian tubuh. Karena itu, ia menyarankan pasien melakukan pengobatan kanker secara rutin untuk menghindari komplikasi lebih serius, mulai dari kemoterapi, radioterapi, hingga transplantasi sumsum tulang belakang.

Namun, pengobatan kanker seperti kemoterapi tidak disarankan untuk pasien berusia 60 tahun ke atas karena berisiko tinggi sehingga pasien dianjurkan melakukan perawatan paliatif. Perawatan tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan keluarga pasien. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya. Perawatan tersebut dilakukan dengan tindakan seperti mengurangi rasa nyeri, masalah fisik, spiritual, serta sosial yang dialami pasien.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski sering kali ditujukan pada pasien kanker stadium akhir, perawatan paliatif juga dapat dimulai sejak pasien didiagnosa kanker. Perawatan paliatif adalah pengobatan yang perlu dilakukan kapan pun ketika kualitas hidup pasien dirasa menurun dan tidak memiliki harapan untuk sembuh. Selama masa perawatan, dokter onkologi akan membantu pasien meringankan gejala dengan memberikan resep obat pereda nyeri tambahan untuk kanker. Dokter juga akan melakukan pengecekan berkala terhadap kondisi pasien r untuk memantau kesehatannya.

"Kita mengobatinya berdasarkan gejala-gejalanya. Yang lain adalah secara psikologis, emosional, dan spiritual untuk meningkatkan motivasi hidupnya," papar dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta itu. "Perawatan paliatif dilakukan agar pasien tidak depresi dan bisa semakin kuat, meningkatkan upaya untuk bertahan hidupnya, dan memberikan semangat untuk hidupnya."

Ikhwan menjelaskan perawatan paliatif akan dilakukan tim dokter sesuai kebutuhan pasien, mulai dari terapi definitif maupun dampak yang ditimbulkan dari penyakitnya. Dengan begitu, pasien dapat merasa termotivasi dan lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan.

"Targetnya adalah pasien jangan sampai kualitas hidupnya menurun tapi justru meningkat di waktu yang tersisa dan bisa memberikan keputusan lebih baik untuk dirinya," tegasnya.

Pilihan Editor: Macam Terapi untuk Kanker Paru dan Bedanya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Presiden Peru Toledo Dihukum karena Terima Suap, Divonis 20 Tahun Penjara

2 jam lalu

Mantan Presiden Peru Alejandro Toledo hadir di pengadilan untuk dijatuhi hukuman selama persidangan atas tuduhan korupsi terkait perusahaan Brasil Odebrecht, di Lima, Peru, 21 Oktober 2024. Poder Judicial del Peru/Handout via REUTERS
Mantan Presiden Peru Toledo Dihukum karena Terima Suap, Divonis 20 Tahun Penjara

Mantan Presiden Peru Alejandro Toledo dinyatakan bersalah menerima suap dari raksasa konstruksi Brasil Odebrecht dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara


2 Jenis Kanker yang Umum Terjadi Pada Pasien Anak

2 jam lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
2 Jenis Kanker yang Umum Terjadi Pada Pasien Anak

Ada beberapa jenis kanker yang paling umum ditemukan pada pasien anak. Apa saja?


Tak Hanya Kurang Tidur, Lingkaran Hitam di Bawah Mata Juga Bisa Jadi Gejala Kanker

1 hari lalu

Ilustrasi mata panda. Pexels/Ron Lach
Tak Hanya Kurang Tidur, Lingkaran Hitam di Bawah Mata Juga Bisa Jadi Gejala Kanker

Lingkaran hitam di bawah mata tak hanya tanda adanya masalah kesehatan, penuaan, kelelahan, dehidrasi tapi mungkin juga gejala kanker neuroblastoma.


5 Jenis Penyakit yang Disebabkan Kecanduan Alkohol

3 hari lalu

Ilustrasi pria minum alkohol. campusdiary.co.ke
5 Jenis Penyakit yang Disebabkan Kecanduan Alkohol

Minum alkohol secara berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis yang mematikan.


Pakar Ungkap Tanda Kanker Payudara dan Siapa yang Berisiko Mengalami

6 hari lalu

Ilustrasi menyusui. MomTricks
Pakar Ungkap Tanda Kanker Payudara dan Siapa yang Berisiko Mengalami

Pakar menjelaskan faktor risiko kanker payudara, termasuk tidak punya anak, usia, jenis kelamin, dan faktor keturunan, selain gaya hidup.


Konsultan Onkologi Minta Hindari Kebiasaan Ini untuk Cegah Kanker Payudara

6 hari lalu

Ilustrasi kanker payudara. Shutterstock.com
Konsultan Onkologi Minta Hindari Kebiasaan Ini untuk Cegah Kanker Payudara

Pakar mengatakan gaya hidup tidak sehat seperti minum alkohol dan merokok perlu dihindari untuk mencegah potensi kanker payudara.


Faktor Risiko dan Gejala Kanker Rahim yang Sering Disalahartikan

6 hari lalu

Abbie Colvin, ibu muda dari Inggris didiagnosa mengidap kanker rahim saat dia berusia 19 tahun atau persisnya dua tahun lalu. Sumber : Mercury Press & Media/mirror.co.uk
Faktor Risiko dan Gejala Kanker Rahim yang Sering Disalahartikan

Banyak gejala umum kanker rahim mirip masalah kesehatan lain yang tak terlalu mematikan sehingga kerap disalahartikan. Itulah pentingnya diagnosis.


10 Orang yang Sebaiknya Menghindari Minum Kopi

6 hari lalu

Ilustrasi wanita minum kopi. Freepik.com/Racool Studio
10 Orang yang Sebaiknya Menghindari Minum Kopi

Meskipun kopi memiliki banyak manfaat, ada juga efek samping negatif bagi beberapa kelompok orang. Siapa saja mereka?


Jenis dan Gejala Kanker Ovarium yang Perlu Diwaspadai

7 hari lalu

Ilustrasi-Ketika kanker ovarium masih dalam tahap awal, yaitu ketika kanker masih terbatas pada ovarium, ada kemungkinan besar untuk berhasil diobati, kata seorang spesialis onkologi. (ANTARA/Shutterstock/mi_viri)
Jenis dan Gejala Kanker Ovarium yang Perlu Diwaspadai

Menurut WHO, kanker ovarium adalah penyebab kematian ke-8 akibat kanker pada wanita di seluruh dunia.


5 Makanan yang Dianjurkan Pakar untuk Kurangi Risiko Kanker Payudara

7 hari lalu

Ilustrasi bayam. Shutterstock
5 Makanan yang Dianjurkan Pakar untuk Kurangi Risiko Kanker Payudara

Meski tak mungkin membuat faktor risiko sampai nol, beberapa hal bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kanker payudara, termasuk lewat makanan.