Waspada, Bila Penis Anak Lebih Mungil!

Reporter

Editor

Jumat, 8 April 2011 14:10 WIB

sxc.hu

TEMPO Interaktif, Jakarta -Sony, seorang bocah mendadak enggan ke sekolah dan melakukan kegiatan lainnya. Sang ibu semula khawatir anaknya sakit, namun setelah diajak bicara rupanya Sony minder setelah diejek teman-temannya. Setelah mencari tahu penyebabnya, ternyata penis Sony berukuran lebih mungil dibanding teman sebayanya.

Kisah nyata ini mungkin sering terjadi di sekitar kita. Kisah ini ditulis Dr Aditya Suryansyah SpA dari RSAB Harapan Kita di buku Panik Saat Puber? Say No!!. Dr Aditya mengulik cerita ini melihat banyaknya kasus ini dan kekhawatiran orang tua akan masa depan anaknya. Pada masa pubertas, biasanya tanda-tanda sekunder seksual dan berbagai persoalan seperti penis mungil banyak ditemui.

Di dunia kedokteran, penis mungil dikenal dengan Mikropenis. Mikropenis ini bisa dideteksi sedini mungkin untuk menghindari dampak lain. Contohnya anak bisa minder, tidak percaya diri.

Dr Aditya menjelaskan ukuran penis masing-masing berbeda ras dan umur. Ukuran normal juga bervariasi pada setiap umur. Mikropenis ini muncul karena ukurannya diluar variasi normal. Dia mencontohkan untuk ukuran Asia seperti Indonesia, saat lahir ukuran penis bayi berukuran 2-3 centimeter, usia 8-10 tahun berkisar 4-5 cm dan dewasa antara 8- 10 cm.

Mikropenis ini biasanya ditemui pada anak gemuk atau obesitas atau pada anak yang memang mempunyai ukuran penis kecil. Pada anak obesitas, penis akan 'menghilang' karena tertutup perut yang terlalu maju atau besar.

Advertising
Advertising

"Tapi sering juga memang anaknya gemuk dan penisnya kecil," ujar Aditya disela-sela peluncuran bukunya di Pasific Place, beberapa waktu lalu.

Mikropenis ini bisa dideteksi sejak dini dan dilakukan terapi hormon testosteron untuk memperpanjangnya. Terapi mikropenis ini terbaik dilakukan sebelum anak menginjak usia pubertas. Jika terapi ini dilakukan usia remaja atau dewasa hasilnya kurang bagus.

Penanganan terapi hormon ini tergantung kasus per kasus. Dr Aditya mengingatkan terapi tidak boleh hanya didasarkan keinginan orang tua tersebut. Tetapi harus sesuai masalah anak. Sebelumnya harus dilihat penyebab mikropenis ini apakah karena ada kelainan atau tidak. Membesarkan atau memperpanjang ukuran penis, kata Dr Aditya, tidak boleh berlebihan dan harus dipikirkan pula efek sampingnya.

Pemberian hormon bisa menimbulkan tanda pubertas dini. Bahkan berlebihan akan menyebabkan tulang menutup lebih awal dan anak tidak tumbuh lagi. "Anak bisa tumbuh lebih pendek dibandingkan potensi tinggi genetiknya.

Terapi juga tidak Sebelum menjalani terapi hormon ini, anak harus menjalani pemeriksaan yang ketat. Apakah ada kelainan, bisa diterapi atau tidak. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan hormon, darah, tulang dan lainnya.

Setelah data tes hormon, darah, tulang selesai bisa dilaksanakan terapi hingga batas yang telah ditentukan. Namun jika kasus mikropenis ini tidak diterapi hormon, kata dia, juga tidak akan berpengaruh banyak. " Hanya kosmetik saja," ujarnya. DIAN YULIASTUTI

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

11 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

12 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

13 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

13 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

13 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

17 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya