Kayan Mentarang, Wajah Alam di Masa Adam dan Hawa
Editor
Amirullah
Minggu, 15 Desember 2013 14:53 WIB
TEMPO.CO, Malinau - Mungkin seperti di Kayan Mentarang-lah wajah alam ketika Adam dan Hawa masih belia. Bukit dan lembah begitu hijau. Separuhnya tertutup rumput setinggi 20 sentimeter. Di sana, rusa dan banteng sarapan dengan tenang. Separuh lainnya tertutupi gerombolan pohon besar. Dari dalam kerumunan itu, terdengar suara uwa-uwa yang menggema.
Burung merak berteriak-teriak dengan suara cempreng. Juga terdengar lengkingan burung enggang gading (Buceros/Rhinoplax vigil) yang keanggunannya dipuja suku Dayak. Gayanya terbang menjadi gerak tarian, dan bulunya mereka pakai pada topi kebesaran. Ia adalah simbol alam atas, tempat para dewa bersemayam.
Bukit dan lembah itu berada di kawasan Long Tua, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Tim Tempo (penulis Qaris Tajudin dan fotografer Aditya Noviansyah) dan adventure specialist Dody Johanjaya mengunjunginya Oktober lalu setelah empat hari melintasi Bahau, sungai yang 90 persen tepiannya tertutup hutan tebal.
Padang alang-alang Long Tua (long berarti sungai) ini terletak di Kayan Mentarang, taman nasional dengan luas 1,35 juta hektare. Letaknya di ketinggian antara 200 meter hingga 2.500 meter di atas permukaan laut, membuat hewan dan tanamannya begitu beragam.
Pada 1996, kawasan yang sebagian besar terletak di Kabupaten Malinau, dan sedikit di Kabupaten Nunukan, ini ditetapkan sebagai taman nasional. Diapit Sungai Kayan di selatan dan Sungai Mentarang di utara, taman nasional ini memiliki kawasan hutan primer dan sekunder tua terbesar di Asia Tenggara.
Selain kerapatannya hampir tak tertandingi oleh hutan-hutan lain di Kalimantan, koleksi satwa liarnya juga lengkap. Berdasarkan penelitian World Wildlife Fund, ada lebih dari 70 mamalia di sana--termasuk banteng, rusa, kijang, dan macan akar. Ada 210 jenis burung, termasuk berbagai elang yang sangat sering kami lihat merentangkan sayapnya di atas pohon-pohon tepi sungai. (Baca Edisi Khusus Surga Wisata Indonesia)
TIM TEMPO | AMIRULLAH