Sejumlah aktivis dari Dompet Kusta Indonesia melakukan aksi damai memperingati hari kusta internasional di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (25/1). ANTARA/Fikri Adin
TEMPO.CO, Jakarta - Berrtepatan dengan peringatan Hari Kusta Dunia yang jatuh pada 27 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini semakin meningkat. Banyak yang tidak menyadari, terutama pasien yang tinggal di daerah terpencil, jika mereka terkena kusta.
Parahnya lagi, kusta yang banyak menimpa negara miskin sering dianggap sebagai penyakit terkutuk. “Penderita kusta di daerah terpencil sering diisolasi. Tidak ada yang berani menyentuh karena mereka dianggap dikutuk,” kata Diemg Mas, mantan penderita kusta dari Senegal, seperti dikutip Digital Journal.
Padahal, kusta tergolong mudah diobati. Hanya dibutuhkan obat-obatan antibiotik untuk menyembuhkan pasien. Sayang, pasien sering kali tak tertolong karena terlambat ditangani akibat stigma miring yang muncul di masyarakat.
Perempuan kadang-kadang menyembunyikan penyakitnya karena takut ditolak oleh suami mereka. Oleh sebab itu, organisasi yang berhubungan dengan kusta gencar melakukan kampanye yang menyampaikan pesan bahwa kusta bukanlah penyakit yang memalukan, turun-menurun, dan kutukan.