TEMPO.CO, Jakarta - Mengutip data Yayasan Kanker Indonesia, setiap hari muncul 40-45 kasus baru dan 20-25 orang meninggal akibat kanker serviks--penyakit pembunuh perempuan nomor satu. Angka itu mengerikan. Sebab, setiap satu jam, satu perempuan di Indonesia meninggal akibat penyakit tersebut. (Baca: Sepertiga Wanita Usia 20-an Lewatkan PapSmear)
Menurut Haris Wibawanto, dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit Blambangan, Banyuwangi, angka kematian yang tinggi tersebut disebabkan oleh pasien baru menyadari penyakitnya saat kanker sudah menyebar. Kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) yang menyerang leher rahim, bagian sempit di antara kemaluan dan rahim.
"Virus itu mudah menyebar pada perempuan yang kurang menjaga kebersihan, berganti-ganti pasangan seks, dan melakukan seks di bawah usia 16 tahun," kata Haris. Pada stadium awal, tidak ada gejala yang tampak. Namun, pada stadium berikutnya, perempuan yang terinfeksi HPV akan mengalami keputihan terus-menerus, vagina berbau, serta perdarahan. (Baca: 5 Jenis Penyakit Ini Dikenal Mematikan)
Menurut Haris, ada dua cara mencegah kanker serviks. Pertama, pencegahan primer dengan pap smear. Kedua, pencegahan sekunder melalui imunisasi HPV. "Jika diketahui sejak dini dengan pap smear, penyebaran virus HPV bisa dihentikan dengan cepat," tuturnya.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
11 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.