Tak Semua Penderita Kanker Bisa Diterapi Target  

Reporter

Editor

Isma Savitri

Selasa, 2 Desember 2014 05:00 WIB

Saat Don (kiri) dan istrinya Maxine Simpson dirawat di Bakersfield, California, 4 Agustus 2014. Don wafat terlebih dahulu, lalu disusul oleh Maxine 4 jam kemudian. Don dan Maxine Simpson jatuh sakit dalam dua minggu terakhir, Don alami patah tulang pinggul dan Maxine berjuang melawan kanker. (dailymail)

TEMPO.CO, Jakarta - Professor Keith Kerr menjelaskan, tidak semua penderita kanker bisa diterapi target. Bagi mereka yang divonis dengan kanker stadium satu dan dua, profesor dari Universitas Aberdeen, Skotlandia ini menyarankan untuk operasi dan radioterapi. Kedua cara lama ini lebih efektif, ketimbang meminum obat terapi target.

Terapi ini hanya cocok untuk penderita kanker tingkat lanjut atau di atas stadium tiga. "Atau mereka yang sudah menjajal pengobatan standar, tapi sel kankernya kambuh lagi," ujar Kerr, di Hotel Sheraton Kuala Lumpur, bulan lalu.

Memang, terapi target ini dibuat sebagai pemberi harapan di ujung jalan, ketika harapan mulai menipis karena semua jalan terapi buntu. ”Karenanya, uji-uji klinis diprioritaskan untuk tipe mereka yang sudah masuk dalam kategori kroni," katanya.

Ada dua obat terapi target, yang dikeluarkan dua perusahaan berbeda, diluncurkan baru-baru ini. Pada 29 Oktober lalu, Regorafenib dari Bayer diluncurkan untuk Indonesia. Regorafenib adalah obat untuk kanker kolorektal, yaitu kanker yang tumbuh di area usus besar dan rektum atau bagian dari saluran pembuangan akhir di atas dubur.

Berselang sepekan, perusahaan obat lain dari Jerman, Boehringer Ingelhim meluncurkan Afatinib sebagai terapi target untuk kanker paru. Afatinib baru bisa diakses pasien dari sejumlah negara di Asia, seperti Malaysia, Filipina dan Thailland. (baca juga: Mutasi EFGR, Penanda Kanker Paru)

Dua obat minum ini merupakan bagian dari puluhan terapi target yang sudah teruji klinis. Badan Pengawas Obat Amerika Serikat (FDA) telah membuat daftar nama-nama obat yang sudah lolos tersebut. Jenisnya pun bisa dilihat di laman resmi FDA maupun cancer.gov. Regorafenib mendapatkan persetujuan sejak 2012. Setahun kemudian giliran Afatinib mengantongi izin tersebut. Dengan keluarnya dua pengesahan, maka produknya secara resmi mulai mengglobal.

Data yang dipaparkan dari situs kedokteran Medscape menunjukkan, Afatinib lebih lama menghambat pertumbuhan sel kanker (Progression Free Survival) daripada obat terapi target sebelumnya, Gefitinib. Pasien yang mengkonsumsi Afatinib teratur menunjukkan sel kankernya stagnan 11 bulan. Ada pun Gefitinib yang dipasarkan perusahaan obat AstraZeneca dan Teva, rata-rata bisa memperpanjang hingga 9,8 bulan. Obat yang bisa mengungguli Afatinib adalah Erlonitib yang dipasarkan oleh Genetech, dengan rata-rata 11,2 bulan.

Terapi target, sesuai namanya, adalah pengobatan kanker yang hanya menyasar atau mencari sel yang sakit. Seperti Arjuna yang bisa memanah Bhisma dengan tepat di antara ratusan ribu pasukan Kurawa. Ini berbeda dengan penghancuran sel kanker dengan kemoterapi. Kemo ini seperti pasukan Amerika yang menjatuhkan bom atom di Jepang, tanpa padang bulu menghajar semua sel, baik yang terkena kanker maupun yang sehat. (baca juga: 4 Mitos Soal Kanker yang Harus Dipatahkan)

DIANING SARI

Terpopuler:
Begini 7 Tren Mode Tahun Depan
Susu Almond yang Sedang Ngetren
Mencicipi Kopi Buatan Barista Juara Internasional
Hasil Survei: Mayoritas Publik Belum Paham AIDS
Rutinitas Harian Picu Gangguan Nyeri Punggung

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

17 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

10 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

11 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

11 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

12 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

12 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

12 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

16 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya