Pentingnya Pengalaman Awal Anak Bermain

Reporter

Minggu, 16 Agustus 2015 04:04 WIB

Ilustrasi anak bermain ayunan. AP/Kevin Frayer

TEMPO.CO , Makassar: Menapaki satu per satu anak tangga dengan satu kaki, melompat untuk pindah ke anak tangga yang lain, tentu butuh tenaga ekstra. Kecuali jika sampai pada tangga kembar, dua kaki boleh digunakan. Kaki kanan berada di kotak kanan, kaki kiri akan mengisi kotak kiri. Sejenak, pemain akan mengatur napas dan melanjutkan perjalanannya hingga ke bulan.

Perjalanan menapaki anak tangga hingga ke bulan ini dikenal sebagai permainan dende-dende—permainan tradisional yang menggunakan media tanah untuk menggambar bagan, serta batu pipih untuk penanda langkah.

“Bermain membuat anak menemukan pengalaman belajar awal yang menyenangkan,” kata staf pengajar Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Yusi Riksa Yustiana, kepada Tempo, Senin lalu. Dende-dende dimainkan dalam peresmian pemberlakuan mata pelajaran iman dan taqwa Indonesia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, hari itu.

Pengalaman awal belajar anak haruslah bermakna. Karena itu, kata Yusi, perlu dikemas dengan cara yang menyenangkan. Jika pengalaman awal belajar anak tidak menyenangkan, akan menjadi beban bagi si kecil.

Menurut Yusi, karakteristik utama anak berusia 0-8 tahun adalah bermain. Kalaupun harus belajar, dikemas dengan cara bermain. Dengan bermain, seluruh aspek perkembangan anak akan terjadi, dari fisik, psikis, bahasa, hingga sosial.

Yusi mencontohkan permainan dende-dende. Pemainnya melakukan gerakan-gerakan meloncat sehingga membuat tulang belakang anak menjadi lebih kuat. Permainan ini juga akan mengembangkan aspek kognitif anak. Saat hendak melompat, sang anak pasti berpikir tentang strategi yang akan digunakan. Dengan bermain juga akan memperkaya kosakata anak. Sebab, saat bermain, anak pasti akan berkomunikasi dengan teman-temannya.

Bermain juga memperbaiki aspek emosi dan menumbuhkan jiwa sosial anak. Secara moral, anak juga akan belajar tentang aturan dalam sebuah permainan. Menurut Yusi, jika seluruh aspek perkembangan anak tumbuh, kepribadian anak juga akan berkembang dengan baik.
<!--more-->
Anak-anak usia awal sekolah, kata Yusi, masih cenderung susah diatur. “Bayangkan kalau anak SD sudah dipaksa duduk, maka aspek perkembangannya akan terhambat.” Tak hanya itu, anak yang dipaksa duduk terlalu lama bisa membuat tulang duduk dan tulang ekornya tidak kuat. Selain duduk, anak dipaksa mengunci mulut. Menurut Yusi, tindakan-tindakan seperti ini hanya akan mengekang kreativitas anak. “Anak di sekolah tidak perlu selalu duduk, tapi berikan kebebasan.”

Guru besar psikologi dari Universitas Indonesia, Dhini, mengatakan 50 persen kemampuan anak diterima pada usia 0-8 tahun. Karena itu, anak harus dibuat senang dengan metode belajar bermain. Dengan begitu, diharapkan anak akan mengulang-ulangnya. Menurut dia, anak baru bisa berpikir dewasa setelah usia 7 tahun. Jadi, pelajaran awal sebaiknya membentuk akhlak dan karakter anak.

Untuk menguatkan akhlak dan karakter anak, Pemerintah Kabupaten Gowa mengganti mata pelajaran baca, tulis, hitung (calistung) dengan mata pelajaran iman dan takwa. “Kami ingin memberi kenyamanan belajar pada anak usia awal sekolah dasar dengan metode bermain,” ujar Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo, Senin lalu.

Mata pelajaran calistung baru diwajibkan pada anak di kelas III SD. Sedangkan di kelas I dan II, anak-anak ditekankan pada pendidikan iman dan takwa. Uji coba awal akan dilakukan di delapan sekolah dasar di Gowa. Hingga pertengahan 2016, program ini ditargetkan sudah bisa diberlakukan di 50 SD.

Mata pelajaran iman dan takwa ini akan dikemas dalam bentuk permainan-permainan yang bernilai pendidikan. Kajian kebijakan ini melibatkan sejumlah pakar, di antaranya Dhini, Yusi, dan Abdul Hamid dari UPI Bandung; guru besar dari Universitas Negeri Makassar, Jufri Idrus; serta Bambang Supeno dari Kementerian Pendidikan.

Hamid mengatakan, melalui mata pelajaran iman dan takwa, belajar akan dilakukan untuk mengembangkan totalitas kepribadian anak. “Kurikulum akan kami kemas dengan cara berbeda, yakni lebih banyak bermain.” Menurut Hamid, penggantian ini tidak berarti menghilangkan kemampuan membaca dan menulis anak. Tapi, dengan bermain, misalnya, berhitung tidak lagi memerlukan satu jawaban yang tepat. Dan secara tidak langsung akan memberi ruang berpendapat dan berekspresi bagi anak.

IRMAWATI

Berita terkait

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

17 hari lalu

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.

Baca Selengkapnya

PKB Usulkan Azhar Arsyad Maju di Pilkada Makassar, Sebut Dia sebagai Simbol Partai di Sulsel

27 hari lalu

PKB Usulkan Azhar Arsyad Maju di Pilkada Makassar, Sebut Dia sebagai Simbol Partai di Sulsel

PKB Kota Makassar meraih lima kursi di DPRD kota itu pada pemilu legislatif atau Pileg 2024.

Baca Selengkapnya

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

39 hari lalu

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

Kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia ke Provinsi Sulawesi Selatan menjadi momentum penting dalam mengapresiasi peran Pertamina dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Baca Selengkapnya

Pemkot Makassar Borong Lima Penghargaan Top BUMD Award 2024

46 hari lalu

Pemkot Makassar Borong Lima Penghargaan Top BUMD Award 2024

Wali Kota Ramdhan Pomanto meraih Top Pembina BUMD 2024.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

55 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

3 Maret 2024

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan kasus perundungan (bullying) siswa oleh rekan-rekannya

Baca Selengkapnya

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

1 Maret 2024

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

Polres Tangerang Selatan mengungkap motif di balik bullying atau perundungan di Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

1 Maret 2024

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

Polisi menetapkan 4 tersangka dan 8 Anak Berhadapan Hukum dalam kasus bullying di Binus School Serpong

Baca Selengkapnya

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

21 Februari 2024

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menyatakan akan mengawal secara transparan kasus perundungan geng Binus School ini.

Baca Selengkapnya

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

20 Februari 2024

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

FSGI mengimbau agar video perundungan itu tidak lagi disebarluaskan karena berpotensi ditiru oleh peserta didik lain.

Baca Selengkapnya