Kisah Perempuan Jepang yang Jatuh Cinta pada Batik Solo

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 12 Oktober 2015 22:13 WIB

Batik Indonesia memiliki banyak simbol yang bertautan erat dengan status sosial, kebudayaan lokal, alam dan sejarah itu sendiri. Doc : kemdiknas.go.id KOMUNIKA ONLINE

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai seni dan keindahan batik membawa Fusami Ito menemukan jalan hidupnya. Perempuan Jepang itu memutuskan belajar membatik ke Solo pada 1970-an dan menekuninya sampai sekarang.

Ia pertama mengenal batik saat duduk di sekolah menengah atas, ketika gurunya yang baru pulang dari Indonesia membawa kain batik dan menunjukkannya kepada semua murid. "Dari situlah saya mulai tertarik dengan batik," kata Ito, yang sampai sekarang masih sering bolak-balik Jepang-Solo.

Selepas SMA, perempuan kelahiran 18 Maret 1950 itu sempat mengenyam pendidikan seni rupa di Universitas Seni dan Desain Joshibi. Dia belajar membatik di Laweyan, Solo, Jawa Tengah, sekitar tahun 1970-an. Setiap tahun tinggal di Laweyan selama dua hingga delapan bulan sepanjang 1977 sampai 1985 untuk belajar batik.

"Di Laweyan saya belajar membatik di rumah Pak Martodiwarno yang masih keluarga pembuat batik. Saya ikut tinggal di rumahnya dan Beliau pun banyak mengajarkan saya cara membatik, termasuk bagaimana membuat batik sogan," kata dia.

Ito menuturkan, kala itu dia cukup mengejutkan orang-orang Solo karena datang dalam keadaan sedang mengandung delapan bulan dan membawa serta seorang anak lelakinya yang berumur lima tahun.

Namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk mempelajari kain batik, yang menurutnya memancarkan energi tersendiri. Rangkaian pola-pola rumit berupa bunga, tumbuhan, atau hewan yang digambar dengan pengaturan artistik unik pada sehelai kain, bagi Ito merupakan gambaran dunia yang diekspresikan dengan kreativitas tinggi lewat aneka motif dan warna.

Kesukaan pada batik mendorong Ito terus berkarya dan baru-baru ini memperkenalkan jenis batik Renaissance, yang memadukan desain tradisional Indonesia dengan materi berkualitas tinggi.

"Ini sebuah terobosan baru, renaissance sendiri berarti kelahiran kembali. Jadi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional Indonesia, saya mendesain batik yang disesuaikan dengan selera pasar internasional, dalam hal ini Jepang," ujar Ito pada acara prapameran batik rancangannya di Kediaman Duta Besar Jepang di Jakarta, Minggu. 11 Oktober 2015.


Selain untuk memperkenalkan batik Indonesia ke pasar dunia, perempuan Ketua Asosiasi Seniman Lintas Budaya (CCAA) itu mengatakan proyek batik Renaissance dapat membantu meningkatkan taraf hidup pengrajin batik, khususnya yang masih menggunakan teknik klasik seperti batik tulis dan batik cap.

Ito mengaku mengkhawatirkan nasib kedua jenis batik itu karena sekarang kain batik yang dibuat menggunakan mesin cetak lebih mendominasi pasaran daripada kain batik klasik yang memiliki nilai seni dan nilai jual lebih tinggi.

"Kebanyakan yang masuk ke Jepang itu batik printing yang harganya murah. Saya ingin memperkenalkan ke masyarakat Jepang bahwa batik itu bermacam-macam jenisnya, saya mau mempromosikan batik bernilai seni tinggi yang pembuatannya lebih sulit dan harganya tidak murah sebab kita harus menghargai karya para pengrajin batik tulis yang mulai terpinggirkan," tuturnya.

Rancangan batiknya yang kebanyakan bermotif bunga dengan warna-warna lembut seperti merah muda, kuning, abu-abu, dan biru muda, menurut Ito, disesuaikan dengan selera orang-orang Jepang dan di antaranya ada kain batik yang khusus dibuat untuk dijadikan kimono.

Ito, yang pernah belajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pun menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dalam pembuatan batik. "Saya merancang batik yang dikerjakan oleh para pengrajin di tiga tempat yaitu di Solo, Madura, dan Pekalongan. Tapi khusus untuk proses pencelupan dilakukan di Solo karena saya harus melihat langsung dan mengontrol teknik serta kualitas bahan yang digunakan untuk mencelup batik," tuturnya.

Tak kurang dari 250 koleksi batik Renaissance karya Fusami Ito dipamerkan di salah satu pusat belanja Jakarta. Harganya tergolong mahal karena dibuat menggunakan kain dari Jepang dan pembuatannya membutuhkan waktu hingga 1,5 tahun.

Sebagai gambaran, kain batik dua sisi sepanjang empat meter dijual dengan harga Rp10 juta sampai Rp25 juta, dan batik untuk kimono dengan lebar 30 sentimeter dan panjang 12 meter dijual dengan harga antara Rp20 juta dan Rp60 juta sesuai dengan jenis bahan dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.

Promosi Batik

<!--more--/>

Dengan dukungan Direktur CCAA Reiko Barack yang merupakan teman baiknya semasa sekolah, serta pengusaha Indonesia, Rachmat Gobel, Ito memadukan budaya Indonesia dengan Jepang dalam batik-batik rancangannya.

Dia juga mendukung promosi batik di Jepang, tempat Ito dan Reiko menggandeng para pesumo untuk mempromosikan batik rancangannya.

"Pesumo di Jepang kan seperti selebriti, banyak penggemarnya. Jadi kalau mereka pakai yukata batik, orang-orang Jepang akan memperhatikan dan mudah-mudahan akan semakin tertarik menggunakan batik," ujar Reiko.

Pesumo bernama Yokozuna Hakuho sangat menyukai batik hingga dia memesan lagi setelah Ito dan Reiko membuatkannya yukata batik dengan gambar garuda di bagian punggung.

"Julukan hakuho itu artinya garuda, jadi waktu itu kami membuatkan dia sebuah yukata batik yang ada gambar garudanya di bagian punggung. Setelah itu dia minta dibuatkan lagi yang bergambar serigala, dan ia pun sering memakainya di acara-acara publik," tutur Reiko.

Selanjutnya CCAA akan menyelenggarakan lokakarya pembuatan batik dengan memperkenalkan konsep yang ramah lingkungan kepada para pembatik di Indonesia.

Ito mengatakan pengelolaan limbah dan pewarnaan alami harus benar-benar diperhatikan, termasuk regenerasi tumbuhan penghasil warna untuk batik.

"Kami sudah menemukan bahan yang lebih aman untuk digunakan dalam proses pencelupan batik, sehingga limbahnya lebih ramah lingkungan. Kelebihan lainnya yakni kainnya tidak luntur," kata Ito.

Penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, menurut dia, juga akan mempermudah akses produk-produk batik Indonesia ke pasar internasional.

"Kalau mau masuk ke pasar-pasar Jepang mereka akan sangat memperhatikan, ini bahannya apa, tekniknya bagaimana. Kalau kita menggunakan bahan-bahan yang merusak lingkungan nanti akan susah memasarkannya," tutur perempuan 65 tahun itu.

Apresiasi

<!--more--/>
Ketekunan Fusami Ito menyelami dunia batik menggugah apresiasi banyak pihak, salah satunya Dewan Pengurus Yayasan Batik Indonesia, Sri Rahayu Purnomo. "Karya-karyanya sangat mengagumkan," kata Sri.

Dia mengatakan rancangan batik Renaissance karya Ito memiliki kelebihan dari segi bahan dan corak. "Bahannya langsung dari Tokyo, sedangkan desainnya lebih condong ke jenis batik modern yang didominasi motif bunga. Dari bahan saja kita sudah kalah," ujarnya.

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Tanizaki Yasuaki berharap proyek batik Renaissance yang diinisiasi oleh Fusami Ito dapat menciptakan pasar baru bagi batik.

"Untuk melestarikan batik pastinya diperlukan sebuah pasar, orang-orang yang membeli. Dengan adanya desain dari Ibu Ito ini diharapkan kita bisa membantu meneruskan usaha para pengrajin batik tradisional Indonesia yang kian terhimpit," ujar Yasuaki.

ANTARA

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

12 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

14 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

17 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

42 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

44 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

6 Maret 2024

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya