Balita kembar siam asal Sumedang, Devani-Devina (2) ditemani orangtua Eni Mulyani dan Endi Hendi bermain usai menjalani observasi oleh tim dokter RSUP dr Hasan Sadikin, Bandung, 25 Oktober 2016. ANTARA/Agus Bebeng
TEMPO.CO, Bandung - Menjelang rencana operasi pemisahan, tim dokter Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin Bandung menemukan beragam kelainan pada bayi kembar siam Devina-Devani.
Secara teknis, operasi pemisahan bisa dilakukan. Namun secara etik, masih ada kendala yang harus dibahas karena menyangkut pembuatan organ baru.
Kelainan pada kedua bayi kembar siam berusia 2 tahun 3 bulan tersebut, seperti organ usus besar (kolon) dan rektum (ujung saluran pencernaan) yang hanya satu pada mereka. “Dari segi operasi tidak sulit, tapi dari segi etik di mana salah satu anak ini harus dibuatkan kolon dan rektum baru,” kata anggota tim dokter, Sjarif Hidajat, Senin, 7 November 2016. Pembahasan di rapat komisi etik itu direncanakan besok.
Anggota tim dokter lain, Dikki Dradjat Kusmayadi, menambahkan, pada sistem pencernaan, usus halus dari kedua bayi kembar itu bersatu di satu tempat sebelum bermuara di usus besar. ”Kita akan memisahkan supaya masing-masing mendapatkan bagian usus yang akan bermanfaat untuk pembuangan atau anus sementara,” ujar Wakil Kepala Instalasi Rawat Bedah RSHS Bandung itu.
Kelainan lain terdapat pada sistem saluran kemih. Ureter atau saluran kemih yang keluar dari ginjal, masing-masing ada yang bermuara pada satu kandung kemih. Tim dokter harus memindahkan muara kandung kemih itu dari satu bayi ke kembarannya dengan cara pencangkokan. “Tindakan ini tidak sulit dan umum dilakukan pada kasus lain. Cangkok saluran kemih sudah biasa,” kata Dikki.
Tantangan lain bagi tim dokter, yakni kedua bayi tersebut tidak memiliki anus atau organ tempat keluarnya kotoran. Yang jelas, secara fisik, Devina memiliki satu lubang untuk buang air besar dan saluran kemihnya bersatu. Sementara pada bayi Devani hanya terdapat sebuah lubang saja tanpa terlihat adanya kotoran air besar. “Kemungkinan karena saluran usus besarnya menyatu,” ujarnya.
Pertimbangan untuk membuat anus baru bagi keduanya juga dengan melihat kuat atau lemah otot-otot di bagian panggulnya. Hal lain yang ditemukan tim dokter adalah kelainan pada tungkai bawah, yaitu satu tungkai pada kedua bayi.
Kelainan selanjutnya yang belum jelas, yakni soal kemungkinan organ genital lelaki pada bayi kembar yang secara fisik adalah perempuan. “Kita harus memikirkan perkembangan organ seksualnya,“ kata Dikki.
Kedua bayi kembar tersebut rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang. Mereka dirawat di RSHS Bandung pada 24 Oktober 2016.