Faktor Risiko Utama Gagal Ginjal adalah Hipertensi dan Diabetes

Reporter

Senin, 10 April 2017 16:19 WIB

Ilustrasi pria sakit. Nbc.news.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Perkumpulan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Dr. Darmeizer, mengatakan, saat ini diduga ada sekitar 2,9 juta penderita Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) di Indonesia. "Faktor risiko utama PGTA adalah hipertensi dan diabetes melitus," kata Konsultan Ginjal Hipertensi ini, di Jakarta, Sabtu 8/4.


Baca: Banyak Mengkonsumi Makanan Berpengawet, Resiko Gagal Ginjal


Darmeizer menjelaskan meningkatnya jumlah penderita hipertensi dan diabetes sejak tahun 2000-2015 juga menyebabkan peningkatan pasien gagal ginjal. "Sekitar 36 persen penderita hipertensi dan 25 persen penderita diabetes akan menderita gagal ginjal.”

Ketika sudah terjadi kerusakan ginjal, kata Darmeizer, maka tidak akan dapat dikembalikan atau disembuhkan karena sifatnya yang progresif. Jika dilakukan pemeriksaan dan ditemukan kebocoran albumin dan protein, serta fungsi ginjal kurang dari 60 persen selama 3 bulan berturut-turut, maka sudah masuk kriteria penyakit ginjal kronik.

"Ada lima stadium PGK dan jika fungsi ginjal kurang dari 15 persen maka sudah masuk stadium akhir atau gagal ginjal," kata Darmeizar.

Tingginya prevalensi penderita penyakit ginjal kronik (PGK) di Indonesia belum dibarengi dengan pelayanan terapi yang optilmal. Saat ini diperkirakan prevalensi penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia mencapai 2 per 100.000 penduduk.


Baca: Keunggulan Cuci Darah Lewat Perut bagi Penderita Ginjal ...

Adapun terapi yang tersedia khususnya untuk penyakit ginjal kronik yang sudah mengarah ke Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) adalah terapi hemodialisa (cuci darah), Continuous Ambilatory Peritoneal Dialisys (CAPD atau cuci darah melalui perut), atau transplantasi ginjal. Namun hanya sekitar 60% yang dapat mengakses layanan dialisis dan hanya 10% yang menjalani terapi sampai tuntas.

Menurut Darmeizar, Hemodialia dianjurkan dilakukan ketika penyakit ginjal kronis sudah memasuki stadium 4. "Sayangnya pasien di Indonesia kebanyakan datang sudah stadium 5 dan baru memulai terapi".

Selain itu, masalah lain yang muncul adalah terbatasnya jumlah rental unit mesin, baik untuk hemodialisa maupun cuci darah via perut. Di Indonesia saat ini baru ada 352 unit, atau sangat tidak cukup untuk semua pasien PGTA di Indonesia.

Konsultan Ginjal Hipertensi RSUD dr Soetomo, Dr. Pranawa, mengatakan terapi hemodialisa maupun CAPD sama-sama berbiaya besar. Oleh karena itu, dia menyarankan, langkah yang paling bijaksana adalah mengendalikan faktor risiko terutama hipertensi dan diabetes.

Menurutnya, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan hipertensi dan diabetes dengan obat terbaik, yang sering dikatakan mahal, masih jauh lebih murah dibandingkan biaya untuk dialisis. "Jika penderita hipertensi dan diabetes dapat dikendalikan, artinya tekanan darah dan kadar gula darah terkontrol sesuai target sehingga tidak sampai menjadi komplikasi ginjal, maka setidaknya 70 persen penyakit ginjal kronis dapat dicegah," kata Pranawa.

AFRILIA SURYANIS

Advertising
Advertising

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

10 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

12 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

12 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

13 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

13 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

16 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya