Kemampuan Nyamuk Menyebarkan Penyakit Tergantung Temperatur

Reporter

Jumat, 5 Mei 2017 11:21 WIB

Ilustrasi - Nyamuk Aedes Aegypti. Kendalikan DBD, UGM lepas nyamuk Aedes Aegypti yang disuntik bakteri. SHUTTERSTOCK KOMUNIKA ONLINE

TEMPO.CO, San Francisco - Kekuatan nyamuk untuk menyebarkan penyakit seperti demam berdarah dengue, chikungunya, dan zika ternyata tergantung dari temperatur. Satu kelompok peneliti di Stanford University menemukan bahwa 29 derajat Celsius, atau 84 derajat Fahrenheit, adalah temperatur terbaik bagi nyamuk untuk menyebarkan penyakit.

Menurut satu laporan di PloS Neglected Tropical Diseases, ketika temperatur lebih dingin atau lebih hangat, kemampuan nyamuk untuk menyebarkan penyakit - menurun. Penelitian itu juga menemukan bahwa temperatur mengendalikan beberapa faktor yang mendasari waktu bagi virus untuk bisa menyebar ke manusia.

Baca: 400 Perempuan Hamil di Equador Terkena Virus Zika


Faktor-faktor tersebut meliputi seberapa rendah temperatur yang diperlukan buat nyamuk untuk mencerna virus selama satu kali makan lalu siap untuk menyuntikkannya dalam kesempatan makan berikutnya, rentang lingkaran hidup nyamuk, dan seberapa sering nyamuk menggigit.

"Semua kesempatan tersebut tergantung atas temperatur, tapi cenderung bersifat non-linier. Mereka meningkat sampai satu tahap dan kemudian turun," kata Erin Mordechai, Asisten Profesor Biologi, kepala penelitian tersebut, dalam keterangan tertulis yang dikutip Xinhua, Jumat, 5 Mei 2017.

Mordechai mengatakan sebelum penelitian tersebut, ada banyak ramalan mengenai temperatur dari peneliti lain. Mengetahui temperatur optimal bagi penularan penyakit, kata dia, penting untuk memperkirakan angka penyakit pada masa depan.

"Wabah demam berdarah dengue telah naik dalam dua dasawarsa belakangan, sehingga ada peningkatan upaya untuk berusaha memahami mengapa kita menghadapi lebih banyak demam berdarah dengue, dan apa hubungan antara penularan demam berdarah dengue dan iklim," kata ilmuwan wanita itu.

Informasi tersebut , menurut Mordechai, dapat membantu meramalkan cara dan tempat penyakit itu mungkin menyebar bersama perubahan iklim, terutama di negara yang memiliki tingkat sosial-ekonomi lebih rendah.

"Kemiskinan yang terkonsentrasi di kota benar-benar menjadi tempat orang menyaksikan banyak penularan penyakit yang menyebar melalui peantara," katanya.

Dengan model baru tersebut, para peneliti diharapkan bisa meramalkan secara lebih baik waktu dan tempat penularan berikutnya virus Zika, dan memberi mereka cukup waktu untuk mempersiapkan diri guna menghadapi peristiwa itu.

"Kami benar-benar ingin membuat model perkiraan yang memperhitungkan keterangan iklim dan membuat perkiraan mengenai waktu serta tempat kami bisa menanam modal pada pengendalian perantara guna berusaha mencegah terjadinya wabah," kata wanita ilmuwan tersebut.

ANTARA

Berita terkait

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

20 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

COP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama

5 Maret 2024

COP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama

Sesi kesepuluh Konferensi Para Pihak (COP10) Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau WHO FCTC menghasilkan sejumlah kesepakatan jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Tutup Puskesmas Kelurahan Jati II: Dialihfungsikan Jadi Upaya Kesehatan Masyarakat

30 September 2023

Heru Budi Tutup Puskesmas Kelurahan Jati II: Dialihfungsikan Jadi Upaya Kesehatan Masyarakat

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi memutuskan menutup Puskesmas Kelurahan Jati II di Pulogadung. Apa Alasannya?

Baca Selengkapnya

Polusi Udara, Mayoritas Warga Jakarta Ternyata Masih Abai Proteksi Diri

26 Agustus 2023

Polusi Udara, Mayoritas Warga Jakarta Ternyata Masih Abai Proteksi Diri

Indikasi polusi udara dan himbauan itu ternyata belum membuat warga Jakarta mengubah kebiasaan untuk mengutamakan proteksi diri.

Baca Selengkapnya

Dampak El Nino pada Kesehatan Masyarakat Harus Diantisipasi

7 Agustus 2023

Dampak El Nino pada Kesehatan Masyarakat Harus Diantisipasi

Kewaspadaan terhadap potensi munculnya penyakit yang dipicu dampak El Nino harus diantisipasi dengan tepat dan segera.

Baca Selengkapnya

Energi Bersih Cegah 180 Ribu Kematian di Indonesia, Begini Penjelasannya

25 Juli 2023

Energi Bersih Cegah 180 Ribu Kematian di Indonesia, Begini Penjelasannya

Apa yang dimaksud energi bersih, benarkah bisa menyelamatkan ratusan ribu nyawa manusia?

Baca Selengkapnya

Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan UI Raih Akreditasi Internasional AHPGS

11 April 2023

Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan UI Raih Akreditasi Internasional AHPGS

tiga program studi FKM dan satu program FIK Universitas Indonesia (UI) meraih akreditasi internasional dari AHPGS.

Baca Selengkapnya

CISDI Soal RKUHP yang Baru Disahkan: Relawan Kesehatan Seksual Rentan Alami Kriminalisasi

7 Desember 2022

CISDI Soal RKUHP yang Baru Disahkan: Relawan Kesehatan Seksual Rentan Alami Kriminalisasi

CISDI menyebut RKUHP yang baru disahkan kemarin luput mempertimbangkan perspektif kesehatan masyarakat dalam proses pembahasannya.

Baca Selengkapnya

Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat

9 Agustus 2022

Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat

Penjenamaan rumah sehat akan memfungsikan ilmu kedokteran tentang pencegahan penyakit. Layanan digital terintegrasi SATU SEHAT menjadi langkah mengoptimalkan pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Rancangan Peraturan Pelabelan BPA untuk Lindungi Masyarakat

28 Juli 2022

Rancangan Peraturan Pelabelan BPA untuk Lindungi Masyarakat

Rancangan peraturan pelabelan BPA sama sekali tidak melarang penggunaan kemasan galon polikarbonat

Baca Selengkapnya