Dokter Ungkap Penggunaan Antibiotik di Indonesia Terlalu Bebas

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 8 Juni 2017 16:21 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Jakarta - Kendati kampanye soal resisten antibiotik sudah digencarkan, hingga saat ini penggunaannya masih terlalu bebas. Bahkan, menurut Harry Parathon, seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi, membawa pulang antibiotik dari apotek dan toko obat di Indonesia semudah memborong multivitamin.

Harry mengakui penggunaan antibiotik secara tidak bijak bahkan juga dilakukan oleh tenaga kesehatan. “Pembelian antibiotik sejatinya harus sesuai dengan resep dokter. Namun, tidak sedikit dokter yang meresepkan antibiotik secara berlebihan,” katanya.

Resisten antibiotik adalah persoalan sederhana yang berdampak luar biasa. Persoalan global ini bermuara pada penggunaan antibiotik yang tidak bijak. “Antibiotik adalah obat keras tetapi pemakaiannya sembarangan,” ujar Harry Parathon.

Harry yang juga memimpin Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA)—lembaga di bawah Kementerian Kesehatan yang didirikan pada 2014—juga mengungkapkan hingga saat ini belum ada potret lengkap soal dampak buruk resisten antibiotik di Indonesia. “Risetnya belum dilakukan karena terbentur biaya,” keluhnya.

Maka, setiap kali Harry berbicara di seminar dan diskusi publik tentang resisten antibiotik, ia selalu membawa data dari negara tetangga. Di Thailand, misalnya, setidaknya terdapat 140.000 kasus infeksi per tahun dengan 30.000 kematian. Sementara itu di India, hanya dalam waktu empat tahun jumlah antibiotik yang tak lagi ampuh melonjak dari 7 menjadi 21 jenis.

Harry mengakui, saat ini KPRA memang tengah melakukan riset terhadap 18 rumah sakit di Indonesia. Hasil hipotesa awal menunjukkan bahwa beberapa bakteri seperti E.coli, methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA), klebsiella pneumoniae, hingga bakteri golongan pseudomonas diketahui semakin tangguh menghadapi antibiotik.

Khusus bakteri yang disebutkan terakhir merupakan penyebab utama infeksi nosokomial—kasus infeksi yang terjadi di rumah sakit. “Di negara berkembang termasuk Indonesia, prevalensi penularan infeksi nosokomial meningkat hingga 40 persen. Bahkan, 50 persen bayi baru lahir yang terjangkit infeksi memiliki tingkat probabilitas kematian lebih tinggi hingga 12 persen - 52 persen,” ungkap Ronald Irwanto, Sekjen Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin).


BISNIS


Berita terkait

Jangan Ragu Minum Obat Generik, Kualitasnya Setara Obat Paten

4 Oktober 2023

Jangan Ragu Minum Obat Generik, Kualitasnya Setara Obat Paten

Ragu minum obat generik karena menyangsikan kemanjurannya? Apoteker menyatakan obat generik memiliki kualitas setara obat paten.

Baca Selengkapnya

Kenali Perbedaan Obat Generik dan Obat Paten

28 Juni 2023

Kenali Perbedaan Obat Generik dan Obat Paten

Obat generik dan obat paten adalah dua jenis obat yang berbeda. Apa saja perbedaan tersebut?

Baca Selengkapnya

Penjualan PT Phapros Kuartal I 2023 Rp 260 Miliar, Didorong Obat Resep dan Generik

29 April 2023

Penjualan PT Phapros Kuartal I 2023 Rp 260 Miliar, Didorong Obat Resep dan Generik

PT Phapros mencatat penjualan sebesar Rp260,97 miliar pada kuartal I-2023.

Baca Selengkapnya

Penyebab Obat untuk Pasien Covid-19 Langka: Panic Buying hingga Stok Terbatas

8 Juli 2021

Penyebab Obat untuk Pasien Covid-19 Langka: Panic Buying hingga Stok Terbatas

Kemenkes telah menerima keluhan di masyarakat terkait dengan semakin sulit mendapatkan obat-obatan bagi pasien Covid-19

Baca Selengkapnya

Obat Generik Covid-19 Ivermectin, Antara Keampuhan dan Penolakan WHO

24 Januari 2021

Obat Generik Covid-19 Ivermectin, Antara Keampuhan dan Penolakan WHO

Organisasi Kesehatan Pan-Amerika, bagian regional dari WHO, mengatakan bahwa ivermectin tidak boleh digunakan untuk mengobati Covid-19.

Baca Selengkapnya

Obat Generik Kurang Cespleng? Ini Fakta Sesungguhnya

30 September 2019

Obat Generik Kurang Cespleng? Ini Fakta Sesungguhnya

Banyak orang yang menganggap obat generik kurang mujarab. Bagaimana fakta sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Ini Penyebab Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal dari Negara Lain

21 Maret 2019

Ini Penyebab Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal dari Negara Lain

Harga obat di Indonesia cenderung lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. Disebut termahal di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma

21 Maret 2017

Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma

Tidak sedikit yang memilih datang ke fasilitas kesehatan swasta dan membeli vaksin dengan harga mahal dibanding vaksin yang dianjurkan.

Baca Selengkapnya

Badan POM Izinkan Versi Generik Obat Paten Rp 13 Juta/Butir

4 Juli 2016

Badan POM Izinkan Versi Generik Obat Paten Rp 13 Juta/Butir

Pasien Hepatitis C harus minum Sofosbuvir yang tingkat kesembuhannya 99%. Harganya Rp 13 juta per butir.

Baca Selengkapnya

Rupiah Melemah, Permintaan Obat Generik Meningkat

28 Agustus 2015

Rupiah Melemah, Permintaan Obat Generik Meningkat

Permintaan terhadap obat generik meningkat seiring daya tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah.

Baca Selengkapnya