TEMPO Interaktif, Wanita hamil dengan penyakit gigi kronis berisiko tujuh kali lebih besar melahirkan prematur atau melahirkan bayi dengan berat badan kurang.
Suami pasien mengeluh si calon ibu sulit makan dalam beberapa pekan terakhir. Ternyata pasien tersebut mengalami radang gusi (gingivitis) pada trimester pertama kehamilannya.
Karena merasa gusinya sakit, selama tiga bulan selanjutnya dia tak pernah lagi menyikat giginya.
"Akibatnya dia terkena periodontitis atau gusi bengkak akut, sehingga sulit menelan makanan," kata Boy.
"Annals of Periodontology 1998 menyebutkan, perempuan hamil dengan penyakit gusi kronis berisiko tujuh kali lebih besar melahirkan secara prematur atau melahirkan dengan berat badan kurang," kata Boy dalam seminar Gigi Terawat untuk Janin Sehat yang diadakan sebuah perusahaan produsen pasta gigi, dua pekan lalu.
Periodontitis adalah kerusakan jaringan penyangga gigi yang ditandai dengan pembengkakan gusi. Pembengkakan terjadi akibat adanya celah antara gigi dan gusi. Ini jadi tempat berkumpulnya sisa makanan dan saliva yang membentuk plak atau karang gigi tempat bakteri bersarang. "Tulang yang jadi landasan menjadi rentan terkena infeksi. Gigi pun bisa goyang atau lepas," kata Dr Yulia Rachman, SpPerio, dokter dan dosen dari Universitas Dr Moestopo.
Sementara bagi janin, kata Yulia, toksin dan bakteri akan masuk melalui celah antara gusi dan gigi ke aliran darah sehingga menyebabkan janin stres, lahir prematur, atau berat badannya kurang. Riset dunia Periodontol pada 2007 mencatat, 77 persen ibu hamil yang melahirkan bayi prematur menderita penyakit radang gusi.
Survei kesehatan nasional pada 2002 menunjukkan, masyarakat Indonesia kurang memperhatikan kesehatan gusi. "Sebanyak 7 dari 10 orang Indonesia memiliki problem gusi berdarah," kata Yulia. Berdasarkan riset dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Dr Moestopo pada 2004, dari 233 pasien, tercatat 71,3 persennya memiliki karang gusi penyebab gingivitis, 25,5 persen mengalami penurunan gusi, 3 persen mengalami perdarahan gusi, dan hanya 0,2 persen yang memiliki gusi sehat.
Yulia menambahkan, pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal dan pelebaran serta pelunakan pembuluh darah gusi pada saat kehamilan, sehingga risiko munculnya radang gusi semakin besar. Apalagi bila calon ibu memiliki kesehatan serta kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Perubahan gusi yang muncul pada trimester pertama kehamilan akan berangsur-angsur hilang saat melahirkan, "Tetapi pada ibu hamil dengan penyakit gusi yang berat, belum tentu kondisi gusi akan kembali normal," katanya.
Untuk menghindari radang gusi dan periodontitis, ibu hamil disarankan menyikat gigi minimal dua kali sehari, yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur malam, mengkonsumsi makanan bergizi, menghindari rokok, relaksasi, dan banyak minum air putih.
"Hindari pula makanan yang terlalu panas atau dingin," kata Yulia. Dia juga menganjurkan ibu hamil menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung zinc-citrate, yang mampu mencegah terjadinya penumpukan plak dan menghambat pembentukan karang gigi.
Calon ibu juga disarankan tetap melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi dan relaksasi. Masalahnya, banyak beredar mitos seputar larangan ke dokter gigi, minum antibiotik, foto roentgen, atau mencabut gigi bagi ibu hamil. "Semua itu mitos yang salah," kata Boy.
Beberapa antibiotik memang berbahaya bagi wanita hamil, tapi tidak semuanya. Foto roentgen di area mulut juga tidak membahayakan ibu hamil. Sementara itu, untuk larangan pencabutan gigi, "Ada kondisi tertentu di mana gigi ibu hamil harus dicabut boleh dilakukan," kata Boy. Dia menjelaskan, ketakutan akan kemungkinan terjadinya kontraksi bila dilakukan pencabutan gigi bisa dikurangi dengan memberikan obat antikontraksi setelah pencabutan.
Faktor Penyebab Munculnya Radang Gusi
1. Plak atau karang gigi tempat bakteri berkembang biak.
2. Cara menyikat gigi yang salah. Cara yang benar adalah menyikat gigi dengan sudut 45 derajat ke kanan dan ke kiri, lalu diakhiri dengan gerakan dari atas ke bawah atau sebaliknya secara lembut.
3. Tekanan saat menyikat gigi terlalu kasar atau cepat, sehingga menyebabkan benturan batang sikat dengan gusi.
4. Ukuran sikat gigi terlalu besar atau bahan sikat gigi terlalu keras.
5. Merokok.
6. Perubahan hormonal, seperti peningkatan progesteron pada wanita selama masa pubertas, hamil, dan menopause.
Sumber : Bahan dari Dr. Yulia Rachman/ AMANDRA