TEMPO.CO, Jakarta - Apakah anak Anda termasuk suka pilih-pilih makanan? Cobalah memberinya sepiring makanan yang penuh warna dan bentuk yang beraneka rupa. Soalnya, penelitian terbaru membuktikan bahwa anak-anak lebih menyukai penyajian makanan yang penuh warna ketimbang orang dewasa.
Anak-anak juga merespons baik makanan yang dibentuk menjadi karakter-karakter yang lucu. Misalnya telur mata sapi dengan saus yang membentuk wajah tersenyum atau wortel yang berbentuk hati.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Acta Paediatric, peneliti menunjukkan foto-foto kombinasi makanan pada piring kepada 23 anak-anak praremaja dan 46 orang dewasa.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak lebih memilih foto piring yang berisi tujuh item berbeda dan enam warna berbeda. Sementara itu orang dewasa banyak yang memilih foto piring berisi tiga item makanan dan tiga warna berbeda.
"Anak-anak tidak hanya memilih piring dengan elemen dan warna yang banyak, tapi juga piring dengan rancangan figuratif," ujar Kevin Kniffin dari Universitas Cornell dalam keterangan persnya.
Para peneliti menemukan langkah-langkah sederhana untuk memikat perhatian anak-anak. Misalnya, membentuk sayur-sayuran dalam bentuk yang lucu.
Para peneliti juga mengatakan penelitian tahap selanjutnya adalah menguji apakah anak yang suka pilih-pilih makanan ini akan memakan makanan yang mereka lihat cukup enak untuk dimakan.
WEBMD HEALTH NEWS | DODY HIDAYAT
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
25 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya