Andi Yuwono (penikmat cigar), Nana Irawati (cigar supervisor Wismilak), dan Kastorius Sinaga (pengamat cerutu) dalam peluncuran Premium Selection Robusto Wismilak di Jakarta Food & Fashion Festival, La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta, 17 Mei 2013. (Qaris Tajudin/Tempo)
TEMPO.CO, Jakarta-Pengamat cerutu Kastorius Sinaga melihat perkembangan penikmat cerutu di Indonesia semakin meluas. Bahkan, bisa dikatakan telah menembus kelas sosial. "Tidak benar jika dikatakan bahwa penikmat cerutu saat ini hanya orang-orang berduit dan tua," kata Kastorius dalam dialog tentang cerutu di Jakarta Fashion and Food Festival di La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu 17 Mei 2013.
Menurutnya, saat ini ada tiga macam penggemar cigar di Indonesia. Pertama adalah kelompok mapan. Mereka adalah orang-orang yang sangat kaya yang punya koleksi bagus seperti Cohiba atu Romeo Y Julieta. "Mereka bahkan ikut lelang di Chistie (rumah lelang di Singapura) untuk mendapatkan koleksi yang bagus," kata suami Direktur Havana Galeri, Lidya Tamboto, ini. Kelompok ini tidak punya komunitas atau kelompok resmi. "Tapi, mereka saling mengenal."
Yang kedua adalah kelompok anak muda kelas menengah. Motif kelompok ini menyenangi cerutu beragam, mulai dari berhenti merokok sampai alasan untuk lebih terlihat bergaya. "Mereka ini biasanya tidak fanatik pada merek tertentu. Suka yang ringan atau non Kuba, karena produksi Kuba biasanya berat," kata Kastor. Dari kalangan inilah muncul komunitas atau kelompok penggemar.
Yang ketiga adalah para pemula. Ini adalah para mahasiswa yang baru mencoba-coba. Biasanya mereka menyukai cerutu yang ber-flavor. "Itulah mengapa saya tidak percaya nyigar itu menunjukkan kelas sosial tertentu. Ada banyak cerutu murah yang bisa dibeli siapa saja," kata Kastorius. "Saya melihat perkembangan pasar cerutu di Indonesia itu luar biasa."