TEMPO.CO, Staffordshire – “Kakek lucu”, demikian julukan yang diberikan kepada Malcolm Myatt dari cucu-cucunya. Julukan ini diberikan bukan karena pria asal Staffordshire, Inggris, ini pandai membuat lelucon, melainkan karena dia benar-benar tidak bisa bersedih.
Penyakit stroke yang dideritanya sejak tahun 2004 membuat Myatt tidak mampu mengatur respon emosionalnya. Stroke memengaruhi lobus frontal bagian kanan. Bagian otak ini berfungsi untuk mengontrol emosi dan gerakan motorik tubuh sebelah kiri.
“Saya ingat, dulu saya akan merasa sedih jika sesuatu yang buruk terjadi. Tapi itu tidak terjadi lagi sekarang. Saya selalu merasa lebih senang sepanjang waktu,” tutur Myatt kepada Daily Mail, Senin, 1 Agustus 2013. Bahkan, menurut pemaparannya, ia akan tetap tersenyum meski sedang berada di pemakaman. Meskipun terlihat aneh, ia merasa ini adalah berkah untuknya.
Pada tahun 2004 silam, kakek berusia 68 tahun ini terserang stroke saat ia sedang membuat sarapan hingga akhirnya ia menghabiskan 19 minggu di rumah sakit. Stroke membuatnya tidak bisa menggerakkan lengan kirinya dan membutuhkan tongkat untuk membantunya berjalan. Kini, Myatt berada dalam tahap awal demensia vaskular. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak akibat serangan stroke.
Dr. Clare Walton, peneliti dari Stroke Association, Inggris, menyatakan, “Banyak dari pasien stroke yang sulit mengontrol emosi mereka. Kadang mereka menangis atau tertawa di waktu yang tidak tepat. Namun, baru kali ini kami melihat pasien stroke bisa sepenuhnya kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu.”
Meskipun menderita kondisi yang agak unik, keluarga Myatt justru merasa bersyukur. Myatt yang selalu tersenyum dan tertawa turut membuat orang di sekitarnya merasakan emosi positif seperti yang Myatt rasakan. Myatt merasa hidup seperti anak-anak. Ia selalu bahagia seolah hidup tanpa beban.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
4 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
