Ranti Aryani: Sukses dari Diskriminasi Jilbab

Reporter

Editor

Agoeng Wijaya

Jumat, 6 September 2013 15:34 WIB

Ranti Aryani. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Ranti Aryani masih ingat betul detik-detik pengambilan keputusannya untuk berganti kewarganegaraan pada tahun 1997. Krisis moneter yang melanda Indonesia kala itu membuatnya terpaksa untuk ikut suaminya hijrah ke Amerika Serikat. "Padahal, awalnya suami yang mau jadi warga negara Indonesia," kata istri Richard G. Bennett Jr kepada Tempo, Agustus lalu, di Bintaro.

Ranti adalah pemilik Orchid Dental di Bala Cynwyd, Philadelphia, Amerika Serikat. Ketika ditemui Tempo, Ranti dan suaminya sedang mudik Lebaran ke Indonesia, sekaligus meluncurkan buku In God We Trust. Ranti Aryanti: Merentang Hijab dari Indonesia sampai Amerika Serikat.

Mengganti kewarganegaraan menjadi salah satu keputusan sulit yang harus diambil oleh wanita kelahiran Bogor, 1 April 1972 ini. Budaya yang berbeda serta pola bekerja di negeri orang sebagai pendatang tentu menjadi tantangan bagi wanita yang berprofesi sebagai dokter gigi itu. "Tentu saya takut," katanya. Namun, justru ketakutannya itu memacunya untuk terus bersemangat dan berusaha untuk menjadi salah satu dokter kelahiran Indonesia yang mampu bersaing di negeri orang.

Ranti menceritakan perjuangannya untuk bertahan di negeri orang. Sesekali dia menitikkan air mata. Untuk memiliki klinik sendiri, penyuka anggrek ini harus melewati masalah berlika-liku. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Professor Dr. Moestopo pada Desember 1997, ia melanjutkan studinya ke New York University College of Dentistry pada tahun 2003.

Untuk terus menimba ilmu sekaligus bekerja dengan melatih prakteknya sebagai dokter gigi, ia pun sempat bekerja sekaligus menimba ilmu di United States Air Force (USAF/Angkatan Udara Amerika Serikat), Maxwell-Gunter Air Force Base, Montgomery, Alabama. "Itu seperti co-asst kalau di Indonesia," katanya.

Untuk masuk ke program pascasarjana akademi militer sambil mempelajari berbagai kasus gigi yang dialami para prajurit itu ternyata tidak gampang. Sebagai salah satu akademi lanjutan terbaik negeri itu, ia harus melewati banyak birokrasi, wawancara, serta banyak persiapan fisik hingga akhirnya sampai dinyatakan lulus sebagai mahasiswa kedokteran gigi di akademi militer itu. "Untuk masuk pun syaratnya harus memiliki GPA (Grade Point Average, semacam Indeks Prestasi) minimal 3,5 dari 4," kata wanita yang merasa beruntung memperoleh GPA 3,5 itu.

Perjuangannya belum berakhir setelah terdaftar menjadi mahasiswa di sana. Peristiwa serangan World Trade Center pada 11 Septermber 2001 ternyata masih menghantui institusi di Amerika Serikat sehingga diskriminasi terhadap Ranti, yang mengenakan jilbab, pun terjadi.

Sejak hari pertama menjadi mahasiswa, ia sudah dipersulit dengan urusan seragam lengan pendek yang harus ia kenakan. Padahal, sebagai muslimah ia membutuhkan seragam lengan panjang. Ia juga sempat diasingkan dan tidak diperbolehkan berpraktek beberapa bulan di institusi itu.

Setelah mendesak untuk berpraktek di sana, akhirnya ia pun diperbolehkan jadi asisten dokter gigi. "Asisten dokter gigi itu pangkatnya airman, lebih rendah dibanding pangkat kapten yang saya miliki," katanya.

Keluar dari USAF, tak berarti perlakuan diskriminatif menjauh dari Ranti. Namun, akhirnya ia bisa mengelola klinik giginya sendiri bersama sang suami. Saat ini wanita yang pernah mendapat penghargaan American Top Dentists pada 2011 oleh sebuah lembaga konsumen ini memiliki rata-rata seribu pasien setiap tahun. Pasiennya lebih banyak warga negara Amerika dibandingkan warga negara Indonesia. "Warga Indonesia tinggal agak jauh dari klinik kami," katanya.

Kini diskriminasi akibat kerudung yang dikenakannya sudah sangat berkurang. Kebanyakan pasiennya pun sudah merasa nyaman dengan pelayanan yang ia berikan. "Mereka (pasien) biasanya sudah melihat foto saya di website," katanya menceritakan kebiasaan para pasiennya.

MITRA TARIGAN



Topik Terhangat
Vonis Kasus Cebongan | Jokowi Capres? | Penerimaan CPNS | Suriah Mencekam

Berita Terpopuler
Abraham Samad: Rudi Rubiandini Orang Serakah
Istri @benhan: Suami Diperlakukan Bak Perampok
Zaskia Gotik Putuskan Pertunangan dengan Vicky
Ahok: Tiada Ampun bagi Kopaja Ugal-ugalan
Hukuman Serda Ucok: 11 Tahun Bui dan Dipecat


Berita terkait

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

16 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

27 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

34 hari lalu

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

Panji Gumilang dijerat Pasal Penodaan Agama, penghinaan terhadap agama di Indonesia masih mengacu pada Pasal 156a KUHP.

Baca Selengkapnya

Mangkrak 20 Tahun, Apa Itu RUU PPRT yang Belum Juga Disahkan DPR?

51 hari lalu

Mangkrak 20 Tahun, Apa Itu RUU PPRT yang Belum Juga Disahkan DPR?

Dua dekade RUU Perindungan Pekerja Rumah Tangga mangkrak tidak disahkan. Ini penjelasan mengenai RUU PPRT.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

53 hari lalu

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"

Baca Selengkapnya

Tentara Perempuan Ukraina Berperang di Dua Front: Melawan Rusia dan Diskriminasi di Militer

53 hari lalu

Tentara Perempuan Ukraina Berperang di Dua Front: Melawan Rusia dan Diskriminasi di Militer

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pada Oktober lalu bahwa hampir 43.000 tentara perempuan saat ini bertugas di militer.

Baca Selengkapnya

Malaysia Menang Terkait Isu Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit di WTO

54 hari lalu

Malaysia Menang Terkait Isu Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit di WTO

Malaysia memenangkan gugatan di WTO melawan tindakan diskriminasi Uni Eropa terhadap produk biofuel dari minyak sawit.

Baca Selengkapnya

Kisah Marie Thomas Melawan Diskriminasi hingga Jadi Dokter Perempuan Pertama di Hindia Belanda

19 Februari 2024

Kisah Marie Thomas Melawan Diskriminasi hingga Jadi Dokter Perempuan Pertama di Hindia Belanda

Marie Thomas dikenal sebagai dokter perempuan pertama. Ia melalui diskriminasi saat sekolah kedokteran

Baca Selengkapnya

Mengenang Gus Dur, Presiden yang Mencabut Inpres Larangan Merayakan Imlek

8 Februari 2024

Mengenang Gus Dur, Presiden yang Mencabut Inpres Larangan Merayakan Imlek

Presiden Gus Dur mencabut instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 pada era Presiden Soeharto yang melarang perayaan Imlek.

Baca Selengkapnya

Universitas Harvard Dikomplain Diduga Diskriminasi Mahasiswa Muslim

8 Februari 2024

Universitas Harvard Dikomplain Diduga Diskriminasi Mahasiswa Muslim

Kementerian Pendidikan Amerika Serikat mengusut komplain bahwa Universitas Harvard terlibat dalam diskriminasi mahasiswa muslim pendukung Palestina.

Baca Selengkapnya