TEMPO.CO , Jakarta:Desainer Era Soekamto menyatakan batik tak cukup hanya dimaknai sebagai pakaian dan bagian dari fashion saja. Lebih dari itu, batik harus menjadi identitas diri.
“Kita harus tahu dulu kita itu siapa? Karakter kita seperti apa,” Era Soekamto kepada Tempo di Gallery Iwan Tirta di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu, 28 September 2013. Sehingga, kata dia, ketika mengenakan batik, seseorang tak asal bersikap. “Jadi nantinya bukan batik yang pakai kita, tapi kita yang pakai batik.”
Era Soekamto mengibaratkan mengenakan batu seperti memakai kartu nama. Maksudnya, memakai batik itu seperti menunjukkan identitas diri.
Era menyampaikan pendapatnya karena prihatin dengan banyaknya orang yang mengenakan batik hanya sebagai euforia atas pengakuan UNESCO pada batik. Lembaga dunia itu sudah mengakui batik sebagai salah satu warisan kekayaan Indonesia.
“Saat ini orang masih euforia pakai batik, masih banyak yang tidak tahu itu batik cap apa print,” kata Era. “Kalau print, print di mana? Banyak batik print ternyata produksi Cina. Bicara motif pun nggak tahu, apa itu motif parang, sawunggaling, sekarang paling hanya kolektor saja yang paham.”
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
6 hari lalu
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
28 Februari 2024
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).