Cara Tampan dengan Dasi Kupu-kupu

Reporter

Editor

Heru Triyono

Selasa, 18 Maret 2014 04:59 WIB

Jordan Etwiory (18 tahun) berdandan dengan dasi kupu-kupu berwarna emas di Ambon. TEMPO/Ayu Ambong

TEMPO.CO , Jakarta:Berawal dari kebiasaan pedagang Kroasia mengikatkan scarf untuk menahan bukaan kerah baju mereka di abad ke-17, dasi kupu-kupu atau bow tie menjadi bagian dari tren pakaian pria hingga kini. Bow tie, pada awalnya disebut dengan cravat, yaitu sebutan Kroasia dalam bahasa Prancis—tempat bow tie diperkenalkan dan mengalami perkembangan pesat pada abad ke 18 sampai dengan ke 19.

Pada awal perkembangannya, dasi kupu-kupu disebut sebagai lambang status sosial, dan juga menandakan profesi tertentu. Arsitek, pengacara, profesor universitas, guru, dan politisi merupakan profesi yang secara tradisional dikaitkan dengan penggunaan bow tie. Belakangan, pelayan pun mempergunakan dasi sejenis—mengingat keberadaan mereka pada pesta-pesta formal dengan kode pakaian black tie—sehingga wajib mengenakan setelan tuxedo.

Kini, bow tie sudah menjadi aksesoris alternatif bagi mereka yang ingin tampil beda. Warna dasi kupu-kupu pun tidak lagi terpaku pada warna polos. Ada begitu banyak pilihan model, warna, corak, dan jenis bow tie. Mulai dari polkadot dengan bahan rajut, hingga dasi kupu-kupu berbahan sutra bermotif garis.

“Penggunaan bow tie itu memang gaya yang abadi karena trah dari cikal bakal high society,” ujar pengamat mode Sonny Muchlison kepada Tempo. Menurut Sonny, dasi kupu-kupu memang berasal dari kebudayaan anglo-saxon.

Populer terlebih dahulu di Prancis, bow tie belakangan juga banyak di pakai oleh bangsawan Inggris dalam jamuan resmi. “Seiring dengan perkembangan mode dunia, bow tie juga diadopsi oleh masyarakat Amerika Serikat,” kata dia.

Berdasarkan cara pemakaian, Sonny menyebutkan ada dua jenis dasi kupu-kupu yang ada hingga kini, yaitu, dasi yang diikat sendiri dengan simpul dan juga dasi kupu-kupu dengan aplikasi kain keras berbentuk dasi kupu-kupu ditambah tali dan tempelan. “Jadinya hanya tinggal ditempel dan diselipkan pada kerah baju,” ujar dia. Panjang dan pendeknya pun, bisa diatur.

Preferensi untuk memilih diantara dua jenis itu, kata Sonny, tergantung pada masing-masing orang. “Kalau mau simpel, tentu bisa memilih dasi yang setengah jadi. Sedangkan bagi mereka yang metroseksual mungkin tidak masalah jika harus berlama-lama mengikat dasi di depan cermin,” kata Sonny.

Aditya Aziz, 24 tahun, membenarkan pendapat Sonny. “Gue punya dua-duanya, tapi memang lebih puas kalau bisa mengikat bow tie itu sendiri. It feels really good,” ujar Adit. Pegawai perusahaan art event organizer ini, sudah tiga tahun memakai bow tie secara rutin ke kantor. “Kebetulan memang cocok sama gue dan banyak masukan positif dari orang-orang sekitar,” ujar Adit yang memiliki delapan bow tie.

Bos dan rekan kerjanya, tidak keberatan jika Adit, tampil sedikit berbeda dengan bow tie di kantor. “Mereka melihatnya sebagai sesuatu yang baru, dan tidak ada reaksi negatif,” ujar Adit. Sang bos, bahkan mendukung Adit untuk meneruskan kebiasaannya memakai bow tie ke kantor.

Adit mengaku mendapatkan inspirasi dari film-film Hollywood—contoh, The Great Gatsby ataupun American Hustle, hingga serial Glee yang sangat populer itu, ataupun blog fashion soal penggunaan dasi kupu-kupu. “Gue pikir bow tie itu, lucu dan menarik, makannya gue coba. Sekarang ini jadi signature data-style gue, dan kayaknya semua orang bisa pakai kok,” ujar dia.

Sonny tidak sependapat dengan Adit. Menurut dia, dasi kupu-kupu itu belum tentu cocok dengan semua orang. “Lebih baik dipakai oleh mereka yang punya leher jenjang. Kalau yang lehernya pendek, seperti Danny De Vito misalkan, jadinya tidak cocok,” kata Sonny. Dia juga mengingatkan para pria yang ingin menggunakan bow tie untuk memilih jenis dasi yang tepat dan sesuai dengan proporsi leher dan wajah. “Harus seimbang, dan jangan sampai mengganggu dagu.”

Ini berarti, ada baiknya mereka yang punya wajah kecil, tidak memilih dasi dengan sayap kupu-kupu yang sangat lebar. Begitupun sebaliknya. “Yang harus diingat, tidak semua orang cocok dan percaya diri untuk memakai bow tie,” ujar dia. (Baca juga:4 Aktor Berbusana Terbaik di Golden Globe 2014)

SUBKHAN

Berita terkait

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

1 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

3 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

10 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

18 hari lalu

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

23 hari lalu

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion

Baca Selengkapnya

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

27 hari lalu

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

38 hari lalu

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

Baca Selengkapnya

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

55 hari lalu

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.

Baca Selengkapnya

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.

Baca Selengkapnya