Bagian Ingatan Pasien Demensia Menyusut
Editor
Retno Endah Dianing Sari
Jumat, 12 September 2014 08:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Pikun karena usia seringkali dianggap sebagai masalah biasa dan tidak bisa ditolak. Padahal penyakit yang dikenal dengan nama demensia ini, sebenarnya adalah masalah kesehatan yang bisa dicegah. "Demensia merupakan penurunan fungsional otak yang tidak dapat dihindarkan, tapi dapat dikurangi risikonya," kata Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia DY Suharya di Erasmus Huis dalam acara Peringatan Bulan Demensia Internasional. (Obat Anti Depresi Hambat Alzheimer)
Caranya adalah dengan mengurangi faktor risiko dan deteksi dini. Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. Czeresna Heriawan Soejono mengatakan, ada baiknya ketika seseorang sudah berusia lanjut mulai melakukan pemindaian otak. Sebab demensia rata-rata menyerang mereka yang telah berusia di atas 65 tahun. Namun, Heriawan pernah menemukan pasien demensia di usia 50 tahun.
dokter Spesialis Syaraf, Yuda Turana, mengatakan hasil pindai otak demensia bisa terlihat berbeda. "Terjadi pengecilan di bagan hippocampus," ujar dia dalam acara yang sama. Hippocampus adalah pusat kendali ingatan manusia. Pada penderita demensia, hippocampusnya terjadi penyusutan jaringan atau atropi. Penyebabnya bisa macam-macam, ada yang sumbatan, plak, hingga genetika. Lantaran penyebabnya yang berbeda-beda itulah maka demensia pun menjadi bercabang-cabang. Ada alzheimer, parkinson, vaskuler dan frontotemporal.
Dengan melihat penyebab tersebut, Heriawan mengatakan, maka dimensia bisa dicegah agar pasien tidak sampai pikun (baca:Cara Menolak Pikun). "Waktu ditemukan gejala awal, saat itulah waktu terbaik untuk intervensi," ujar Heriawan. Tekniknya dengan mengubah faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti tekanan darah tinggi, diabetes militus, merokok, kolesterol tinggi, kegemukan, gagal jantung.
"Kalau soal usia, jenis kelamin dan kondisi genetik, itu tidak bisa ditahan," kata dokter yang juga Konsultan Geriatri, bidang kedokteran untuk pasien lanjut usia ini. Tapi dengan mengetahui faktor yang dapat dimodifikasi, tentu pasien lebih mudah untuk mencegah pikun.
Heriawan mengatakan, dengan mencegah kepikunan, maka tak hanya manula saja yang bahagia. Tapi juga orang disekitarnya. Karena kualitas hidup keluarga jadi meningkat.
DIANING SARI
Berita lain:
Waspada Virus Senyap Cacar Ular
Perisakan Sejak Kecil Berisiko Tingkatkan Depresi
Pentingnya 1000 Hari Dalam Kehidupan Anak
Stroke Pembunuh Nomor 3 di Dunia