Dokter Florian Steiner (kanan) dan dokter Thomas Klotzkowski dalam ruang desinfeksi di pusat karantina di RS Charite, Berlin, Jerman, 11 Agustus 2014. Dokter Florian Steiner mengatakan, Ebola adalah salah satu penyakit paling mematikan yang dikenal manusia. Ebola belum memiliki obat dan vaksin untuk mencegah infeksi. REUTERS/Thomas Peter
TEMPO.CO , Jakarta: Kabar terbaru tentang perkembangan obat dan vaksin Ebola (Baca: WHO: Virus Ebola Cepat Menyebar) disampaikan Profesor Tjandra Yoga Aditama melalui surat elekroniknya pada Tempo, Selasa, 16 September 2014. Tjandra yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengutip Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan hasil pertemuan para pakar yang menjelaskan tentang tiga perkembangan terbaru obat dan vaksin Ebola.
Menurut Tjandra yang pertama adalah Prioritas utama yaitu kemungkinan pengobatan dengan darah lengkap (whole blood) atau serum darah dari pasien yang sembuh. Selanjutnya adalah dua calon vaksinEbola berdasar pada:vesicular stomatitis virus (VSV-EBO) dan chimpanzee adenovirus (ChAd-EBO). "Pada dua vaksin ini bila terbukti aman, maka akan tersedia November mendatang," kata Tjandra.
Kemudian dokter dan staf pengajar di Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Persahabatan ini juga menjelaskan tentang tiga jenis obat lain yaitu antibodi monoklona, obat berbasis RNA, molekul antiviral kecil dan obat lain yang kini sudah digunakan untuk penyakit lain.(Baca: Dua Pendiri Microsoft Ikut Lawan Ebola)
Tjandra juga menerangkan karena penyakit ini amat menular maka rekomendasi terakhir untuk Alat Pelindung Diri (APD) petugas meliputi enam hal meliputi gaun APD dengan perlindungan level 4 (kalau level 3 hanya digunakan untuk MERS CoV atau yang sejenisnya), kemudian penutup rambut, lalu masker N 95, lalu penutup masker yang sekaligus juga melindungi mata, sebaiknya tidak disarankan gunakan kacamata google karena tidak terjamin desinfeksinya, lalu hand glove dan penutup sepatu. "Itu yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat," kata Tjandra.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
10 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.